WahanaNews.co | Ada berbagai cara untuk merayakan hari Natal. Di antaranya adalah memajang dan menghias pohon Natal.
Dekorasi ini biasanya diambil dari pinus, cemara, atau menggunakan pohon imitasi yang sering kali dijual di toko-toko aksesoris.
Baca Juga:
Bersatu dalam Kebinekaan, SAPMA Pemuda Pancasila Gelar Perayaan Natal
Pohon Natal dapat dipajang di rumah, ruang pertemuan, gereja, atau pusat perbelanjaan dengan cara dihias menggunakan berbagai macam dekorasi.
Di antaranya adalah bintang, lampu kelap-kelip, pita, mistletoe, boneka kue jahe, termasuk tumpukan kado berisi hadiah.
Dekorasi ini biasanya diambil dari pinus, cemara, atau menggunakan pohon imitasi yang sering kali dijual di toko-toko aksesoris.
Pohon Natal dapat dipajang di rumah, ruang pertemuan, gereja, atau pusat perbelanjaan dengan cara dihias menggunakan berbagai macam dekorasi.
Baca Juga:
Hadiri Perayaan Natal KLHK 2023, Menteri LHK Ajak Tanamkan Cinta Kasih pada Alam
Di antaranya adalah bintang, lampu kelap-kelip, pita, mistletoe, boneka kue jahe, termasuk tumpukan kado berisi hadiah.
Meski pohon Natal menjadi bagian yang tak terpisahkan saat 25 Desember, bagaimana asal muasalnya hingga populer di seluruh dunia?
Berasal dari Eropa Utara
Ada banyak sumber yang menyebutkan pohon Natal berasal dari Jerman dan Inggris, termasuk diadaptasi dari kehidupan Mesir kuno.
Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa dekorasi ini berasal dari Latvia dan Estonia, dua negara yang berbatasan langsung dengan Laut Baltik.
Dilansir dari National Geographic, dua negara ini sama-sama mengeklaim bahwa wilayahnya pada zaman dahulu menjadi tempat lahirnya tradisi memajang pohon Natal.
Menurut Latvia, pohon Natal berawal dari 1510 ketika House of the Black Heads, sebuah perserikatan pedagang membawa sebatang pohon lalu menghiasi dan membakarnya.
Sementara itu, Estonia justru mengeklaim bahwa perayaan yang disebutkan oleh Latvia dihelat do Tallin pada 1441 oleh perserikatan yang sama.
Kemungkinan berasal dari Jerman
Ada kemungkinan pohon Natal yang Anda kenal saat ini juga berasal dari wilayah Perancis yang dulunya diklaim sebagai milik Jerman, yaitu, Alsace pada abad ke-16.
Hal itu merujuk pada catatan sejarah bahwa pohon Natal ditanam pada 1593 di Katedral Strasbourg.
Penanaman pohon Natal kemudian berkembang ke wilayah lain dan sampai-sampai pada 1554 kota Freiburg mengeluarkan larangan menebang pohon untuk Natal.
Profesor studi agama asal University of Sydney, Carole Cusack, juga menjelaskan Martin Luther juga punya andil dalam mempopulerkan pohon Natal.
Adapun, Martin Luther adalah tokoh reformasi Protestan yang lahir di kota Eisleben, Jerman pada 1483.
Disebutkan bahwa Martin Luther dianggap sebagai orang yang mempopulerkan tradisi menyalakan pohon Natal.
Pada saat itu, ia menggunakan lilin dan tradisi ini ditularkan oleh imigran asal Jerman ke negara lain.
Cusack menuturkan, dari situlah pohon Natal menyebar ke seluruh dataran Eropa ketika abad ke-18.
Populer di Inggris
Tidak berhenti sampai di tangan para imigran Jerman, kepopuleran pohon Natal lantas dilanjutkan oleh Ratu Charlotte.
Adapun, Ratu Charlotte memutuskan untuk menikah pada pertengahan abad ke-18 dengan Raja George III.
Dari situ, sang Ratu membawa tradisi memajang pohon Natal ke dalam keluarga kerajaan.
Namun, dekorasi ini semakin populer ketika Illustrated London News mempublikasikan sebuah ilustrasi pada 1848.
Dari situlah tradisi memajang pohon Natal semakin populer dan menyebar ke negara-negara lain.
Dikaitkan dengan tradisi lain
Sebelum dikaitkan dengan Natal, tradisi pemasangan pohon cemara ternyata sudah dilakukan oleh orang pada zaman kuno.
Dikutip dari Parade, orang pada masa tersebut mempercayai bahwa Matahari adalah dewa.
Ketika musim dingin tiba, dewa menjadi sakit namun ada harapan Matahari akan bersinar kembali berkat simbolisasi pepohonan yang tumbuh subur.
Orang pada zaman Mesir kuno, China, dan Yahudi juga memandang pohon sebagai simbol kehidupan.
Bahkan, pohon dipandang oleh orang Eropa sebagai lambang kehidupan baru dan kesuburan sebelum hari Natal dirayakan.
Pohon Natal tiba di Amerika
Pohon Natal kemudian tiba di Amerika sekitar abad ke-18, tapi tahun-tahun sebelumnya sempat dibawa oleh imigran asal Jerman.
Namun, kelompok puritan (orang yang mengedepankan kemurnian dalam agama) sempat melarang tradisi tersebut.
Mereka percaya bahwa pemasangan dan menghias pohon Natal berkaitan dengan pagan dan hal-hal yang berbau berhala.
Sampai-sampai, pada 1659 dikeluarkan suatu UU oleh Pengadilan Massachusetts bahwa perayaan Natal selain kebaktian di gereja adalah pelanggaran.
Orang yang memajang dekorasi Natal, termasuk pohon Natal, akan dikenai denda apabila melanggar. [rna]