WAHANANEWS.CO, Medan – Upaya pengiriman logistik ke daerah terdampak bencana yang masih terisolasi, belum terjangkau melalui jalur darat terus dilakukan pemeritah. Aparat dari kepolisian terus dikerahkan.
Pilot helikopter, AKP W Budianto, bercerita tentang pengalaman mendarat di daerah terisolir akibat bencana di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut).
Baca Juga:
Mendagri Nonaktifkan Bupati Aceh Selatan 3 Bulan Usai Umrah Saat Banjir Tanpa Izin
Pilot dari Ditpolairud Polri ini mengatakan daerah yang didatanginya itu tak bisa diakses lewat jalur darat.
Dilansir situs resmi Polri, Kamis (11/12/2025) titik pengiriman bantuan itu adalah Desa Rampa di Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) yang hingga kini masih terisolasi setelah banjir bandang dan longsor melanda wilayah tersebut pada akhir November lalu.
Hampir sepekan pascabencana, belum ada akses darat yang bisa dilalui menuju desa di kawasan perbukitan itu. Sejumlah ruas jalan tertimbun material longsor, sementara bagian lainnya amblas, menyisakan jurang di sisi jalan.
Baca Juga:
Banjir Bandang dan Longsor Kota Sibolga: 55 Meninggal, 1 Hilang
Kondisi ini membuat distribusi logistik hanya dapat dilakukan menggunakan helikopter. Warga yang terdampak terpaksa menunggu bantuan dari udara, menjadi satu-satunya jalur penghubung mereka dengan dunia luar.
Budianto pun menceritakan tantangan saat menerbangkan helikopter guna mengirim bantuan ke lokasi yang sulit dijangkau tersebut.
"Kami diperbantukan dari Direktorat Kepolisian Air Udara Polairud Polri untuk mengirim logistik ke daerah yang tidak bisa ditembus jalur darat," ujarnya, Rabu (10/12).
Budianto mengatakan dalam sehari timnya dapat melakukan dua hingga tiga kali mengirimkan logistik, bergantung pada cuaca dan kondisi medan. Dari udara, dia mengaku melihat kondisi di lapangan sangat memprihatinkan.
"Saat melihat situasi di sana, kita rasanya pengen nangis kalau kita landing di sana. Makanya apa yang bisa kami lakukan, kami lakukan. Kita berikan kemampuan kita, drop logistik segera, kita kirim," ungkapnya.
Budianto berharap suplai logistik yang dikirim secara bertahap dapat membantu warga bertahan hingga akses darat kembali terbuka.
"Medannya ekstrem, tapi rasa lega warga saat bantuan tiba membuat kami semakin bersemangat," tambahnya.
Kabid TIK Polda Sumut, Kombes Pol M Adenan, turut meninjau lokasi menggunakan helikopter Polairud. Ia memastikan percepatan penyaluran bantuan menjadi prioritas.
"Kami tidak ingin warga di sana menunggu terlalu lama. Sebisa mungkin kami upayakan agar bantuan segera tiba, utamanya untuk anak-anak, orang tua, dan ibu-ibu yang sangat membutuhkan," sebutnya.
Dia menegaskan bahwa kehadiran Polri di lokasi tidak hanya untuk mengantar logistik, tetapi juga memastikan penyaluran berjalan aman dan tepat sasaran.
"Helikopter milik Direktorat Kepolisian Air Udara Polairud Polri menjadi penghubung terakhir bagi Desa Rampa. Dalam setiap penerbangan, logistik berupa beras, makanan siap saji, air minum, dan kebutuhan esensial lainnya diturunkan satu per satu kepada warga," kata Adenan.
"Kami diperbantukan dari Direktorat Kepolisian Air Udara Polairud Polri. Jadi kami di Polda Sumatera Utara ini diperbantukan untuk membantu mengirim logistik ataupun makanan ke daerah-daerah yang tidak bisa dilalui jalur darat," ujar Budianto seperti dikutip dari situs resmi Polri, Rabu (10/12/2025).
Budianto mengatakan dia dan tim dari Polri bersama Polda Sumut melakukan pengiriman logistik dua hingga tiga kali sehari ke daerah yang terisolir dari jalur darat. Pengiriman bantuan itu salah satunya dilakukan rombongan Polda Sumut ke area terdampak longsor di Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah, pada Selasa (9/12).