WahanaNews.co | Orang seringkali meremehkan kekuatan bermain untuk anak usia dini.
Sebuah riset dari Universitas Helsinki mengatakan orang tua dan guru didorong sebagai fasilitator belajar anak untuk memberi stimulasi belajar melalui interaksi yang sesuai, yaitu bermain.
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Hal senada juga disampaikan Pakar Pendidikan Anak Damar Wijayanti.
Menurut Damar melalui bermain, anak-anak sedang mengumpulkan pengalaman-pengalaman sebagai pondasi kuat untuk perkembangan optimal mereka ke depannya.
"Ketika bermain, anak juga memiliki kesempatan untuk melakukan kesalahan dalam konteks yang aman, hal ini akan membantu mereka mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang sebuah konsep yang sedang dipelajari," jelas Damar.
Baca Juga:
Pj Wali Kota Madiun Resmikan Sekolah Terintegrasi untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan
"Sehingga mereka memahami hal yang perlu dilakukan dan tidak dilakukan di lingkungan dan interaksinya sehari-hari. Inilah mengapa bermain adalah cara paling tepat untuk anak belajar,” ujarnya melalui siaran pers, beberapa waktu lalu.
Universitas Helsinki, universitas tertua dan terbesar di Finlandia menyampaikan salah satu hasil riset terpenting mereka adalah perlunya lingkungan yang tepat di masa emas anak-anak.
Sebagaimana diketahui, masa emas yang juga dikenal sebagai masa usia dini (usia 0-6 tahun) adalah saat di mana penyerapan pengalaman positif akan mempengaruhi kesehatan fisik, perkembangan otak, dan pertumbuhan mental anak.