WahanaNews.co | Menteri Pendidikan Prancis Gabriel Attal mendukung uji coba seragam sekolah atau aturan berpakaian di tengah perdebatan mengenai larangan abaya di sekolah-sekolah negeri, jubah longgar dan panjang yang dikenakan oleh wanita Muslim.
Seragam tidak diwajibkan di sekolah-sekolah Prancis sejak tahun 1968, tetapi sering kali menjadi agenda politik, sering kali didorong oleh politisi konservatif dan sayap kanan.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
Attal, yang mengumumkan larangan abaya awal pekan ini, mengatakan kepada BFM TV, dia akan memberikan jadwal pada musim gugur untuk melakukan uji coba seragam bagi sekolah mana pun yang setuju untuk berpartisipasi.
"Saya rasa seragam sekolah bukanlah solusi ajaib yang menyelesaikan semua masalah terkait pelecehan, kesenjangan sosial, atau sekularisme," katanya, seperti melansir Reuters 5 September.
"Kita harus melalui eksperimen, mencoba berbagai hal untuk mendorong perdebatan," tambahnya.
Baca Juga:
Turut Meriahkan Pra Olimpiade Paris 2024, PLN Hadirkan Reog Ponorogo di Acara Exhibition Pencak Silat
Diketahui, Prancis telah memberlakukan larangan simbol-simbol agama di sekolah-sekolah negeri sejak tahun 2004, untuk menegakkan sekularisme ketat yang dikenal sebagai "laicite".
Topik ini merupakan topik yang sensitif dan seringkali memicu ketegangan politik di negara tersebut.
Bagi sebagian orang, mengenakan seragam berarti kesetaraan dan menghapus perbedaan status sosial dan kekayaan.
Bagi yang lain, ini adalah perdebatan yang tidak diperlukan dan mengalihkan perhatian dari isu-isu yang lebih serius, seperti disiplin dan pelecehan
Pada Bulan Januari 2023, istri Presiden Emmanuel Macron, Brigitte, mengatakan kepada surat kabar Le Parisien, seragam sekolah "menghapus perbedaan, kita menghemat waktu dibandingkan dengan pakaian bermerk."
"Jadi saya lebih memilih memakai seragam sekolah, tapi dengan pakaian yang sederhana dan tidak membosankan," tutupnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]