WahanaNews.co | Erinda Ramadhani Massaid, mahasiswa Program Studi Magang ke Jepang dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair bercerita pengalamannya di Jepang saat merayakan Idulfitri 2023.
Erinda terpaksa tidak pulang kampung untuk merayakan lebaran bersama keluarga karena dirinya sedang menjalani program magang di Jepang sejak September 2022 lalu hingga sekarang.
“Ini adalah kali pertama saya melewatkan momen berharga tanpa keluarga. Bukan lagi karena kita sedang berada di kota atau provinsi yang berbeda, tetapi bahkan ini beda negara,” kata Erinda dilansir dari laman Unair, Sabtu (29/04/2023).
Baca Juga:
Fajar/Rian Juara Kumamoto Masters 2024
Umat muslim di Negara Matahari Terbit ini merupakan pemeluk agama mayoritas. Tidak seperti di Indonesia.
Tahun ini Erinda menikmati Lebaran sebagai umat beragama minoritas di Negeri Sakura tersebut.
“Karena di sini kan mayoritas penduduknya memeluk agama Buddha dan Shinto, jadi Islam di sini menjadi minoritas,” ujar Erinda.
Erinda mengungkapkan, momen Lebaran kali ini terasa begitu sepi. Pasalnya, ia hanya menikmati momen Lebaran bersama rekan magangnya yang juga seorang muslim.
“Saya melewati momen Lebaran hanya berdua saja, yaitu dengan rekan saya sesama muslim di tempat magang, karena kebetulan hanya kami berdua saja yang muslim di sini,” ujarnya.
Sebagai tambahan, meski menjadi minoritas muslim di tempat magangnya, tetapi Erin seringkali mendapatkan keringanan untuk melakukan ibadah di tempat magangnya.
Baca Juga:
Takumi Minamino Senang Namanya Sejajar dengan Legenda Jepang Shunsuke Nakamura
Misalnya saja, ketika sedang melaksanakan ibadah puasa, ia kerap mendapatkan waktu tersendiri untuk beristirahat dan berbuka puasa.
“Karena ada rekan saya yang juga mengerti sedikit tentang Islam dan ibadah puasa, jadi saya selalu diberi waktu untuk istirahat dan berbuka saat menjalani ibadah puasa,” bebernya.
Di Indonesia, hari Lebaran biasanya identik dengan kegiatan berkumpul, bermaaf-maafan, dan menyantap makanan khas Lebaran bersama keluarga. Hal itu pula ternyata yang ia rindukan dari berlebaran di kampung halaman.
Saat hari Idulfitri tiba, hal yang pertama kali Erin lakukan adalah bermaaf-maafan dengan keluarga secara virtual.
Meskipun dilakukan secara virtual, tetapi hal itu tidak lantas menghilangkan esensi dari bermaaf-maafan sekaligus sebagai pengobat rasa rindu dengan keluarga.
“Meski tidak bisa bertemu secara langsung, tapi saya tetap berusaha terhubung dan saling bermaaf-maafan melalui video call,” ujarnya.
Selanjutnya, Erinda bercerita, ia berusaha membuat suasana Lebaran semirip mungkin seperti di Indonesia.
Ia memasak dan menikmati makanan khas Lebaran kesukaannya bersama teman sehingga terasa seperti sedang berlebaran di kampung halaman.
“Untuk menyiasatinya, saya dan teman saya membuat masakan khas Indonesia. Misalnya saja, saya membuat sup merah kesukaan saya untuk mengobati rasa rindu akan rumah,” terangnya.
Selain itu, ia juga tidak lupa membeli bakso yang dijual oleh orang Indonesia yang berada di Jepang. "Hal itu cukup mengobati rasa rindu saya akan cita rasa masakan Indonesia,” lanjutnya.
Pada akhir, Erin berharap semoga ia dapat menjumpai bulan Ramadan di tahun depan, sehingga ia bisa kembali merasakan momen bersama keluarga. [Tio]