WahanaNews.co.Tapteng - Bagi generasi tua, menulis tengak lurus atau miring ke kanan sekitar 55 derajat secara bersambung variasi garis tipis dan tebal, sudah tidak asing lagi dan menjadi kebiasaan tatkala menulis.
Vulpen, pena yang mempunyai tabung untuk di isi tinta, menjadi alat tulis generasi tua dalam menghasikan seni menulis tangan indah (lettering art). Menghasilkan tulisan tangan super rapi dan memiliki kesan artistik tersebut, tentu botol tinta bermerek Parker harus selalu setia diatas meja.
Baca Juga:
Masinton Pasaribu Polisikan Wakil Ketua DPRD Tapteng Soal Tuduhan Kancing Baju Copot
Bukan cuma bisa memanjakan mata, tulisan yang indah dan rapi bisa membantu meningkatkan kemampuan otak dalam memproses informasi. Hal ini yang menjadi alasan keharusan generasi-generasi tua dalam menulis dan merangkai huruf demi huruf.
Salah satu sosok yang hingga saat ini merupakan calligrapher sejati dan masih belum tergantikan adalah Maulup Simanjuntak. Goresan tangan pria kelahiran Sibabangun, Tapanuli Tengah, 10 September 1953 ini, merupakan salah satu yang terbaik hingga saat ini.
Tidak mengherankan, pemilik tulisan mirip font di komputer ini
masih dipercaya untuk pengisian blangko STTB dan DANEM Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP), di beberapa wilayah di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Baca Juga:
Sempat "Dibegal" KPU Tapteng, Peluang Masinton-Mahmud Ikuti Kontestasi Pilkada 2024 Terbuka Kembali
Walau telah pensiun sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), kakek 10 cucu ini selalu menerima orderan penulisan ijazah serta Danem pada akhir tahun ajaran. Kepercayaan ini diberikan karena tulisan tangan Maulup masih yang terbaik, indah dan rapi. Disamping itu, Maulup tidak pernah mengharapkan jasa dari kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Saat disambangi dikediamannya di Lingkungan II Kelurahan Sibabangun, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, Selasa (17/10/2023), mantan qori terbaik Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 1978 ini, menceritakan saat pertama kali mengenal seni menulis tangan indah.
Maulup mengisahkan mulai mengenal dan belajar tulisan tangan indah pada saat kelas IV Sekolah Rakyat (SR). Dapat dimaklumi, Di awal-awal tahun 1960-an, siswa kelas I hingga kelas III Sekolah Rakyat, belum mengenal pensil dan buku. Mereka hanya mengenal gerep dan batu tulis (batu le).
Setelah kehadiran buku dan pensil, Maulup kecil mulai belajar tulisan tangan bersambung dan miring. Dasar memiliki talenta, tulisan tangan Maulup berkembang oleh kehadiran buku halus kasar dan pena. Perlahan tapi pasti, di bimbing guru sekaligus Kepala Sekolah, Mara Jidun Lubis, Maulup kecil menjadi seorang penulis tangan yang indah, rapi, dan bagus.
Sebagai seorang pemilik tulisan tangan rapi dan bagus, kepercayaan diri Maulup semakin tinggi. Ia terus mengembangkan bakat yang dibawa sejak lahir itu, hingga masuk Madrasah Tsanawiyah. 3 tahun mengenyam pendidikan di satuan pendidikan setingkat SMP ini, tulisan tangan Maulup semakin berbeda dengan teman-teman sekolah lainnya.
Tahun 1971, Maulup Simanjuntak dipercaya menjadi tenaga pendidik di salah satu Sekolah Dasar yang ada di daerahnya. Dua tahun berselang, yakni pada tahun 1973, ia didapuk menjadi guru Paket A. Tulisan Maulup semakin berwarna oleh rutinitasnya sebagai seorang guru yang setiap hari menulis di papan tulis.
Tidak mengherankan, akibat memiliki tulisan tangan indah, penulisan dokumen sekolah, diserahkan sepenuhnya kepada Maulup. Belum adanya komputer dan masih langkanya mesin ketik, membuat ayah 4 anak ini semakin leluasa mengkreasikan goresan-goresan penanya.
"Jangankan komputer, mesin ketik saja saat itu sangat langka. Makanya, untuk membuat formulir isian, kadang kita buat dengan tulisan tangan," kata Maulup, sembari menyeruput kopi hitam yang ada diatas mejanya.
Setelah diangkat menjadi PNS tahun 1986, dokumen-dokumen penting sekolah termasuk penulisan ijazah, menjadi tugas Maulup. Sebagai sosok yang hobby menulis, tugas ekstra yang diberikan bukan menjadi sebuah beban baginya. Walau tidak ada imbalan khusus, Maulup enjoy bahkan bangga atas kepercayaan yang diberikan.
Kepiawaian Maulup menggores mata pena diatas kertas bahkan daun lontar sekalipun, membuat namanya terkenal di daerahnya. Satu persatu satu, orderan penulisan blanko ijazah dan DANEM menghampiri. Hingga pensiun dari PNS dan sampai saat ini aktivitas tersebut masih ia lakoni.
Sambil menghela nafas panjang, Maulup mengaku jika keahliannya menulis tangan indah, tidak dibarengi dengan kesuksesannya melahirkan generasi baru. Salah satu tokoh pemrakarsa Provinsi Tapanuli pada tahun 1977 ini menilai, tidak dibiasakannya lagi siswa menulis pada buku halus kasar, menjadi faktor lain punahnya calligrapher-calligrapher sejati.
"Kita juga ngak bisa menyalahkan prinsip para pelajar. Konon lagi, komputerisasi saat ini telah merambah dunia grafologi," tukas Maulup.
Sungguh sangat disayangkan, era digital saat ini telah meminggirkan kebiasaan menulis tangan. Kehadiran teknologi yang bermacam membuat generasi muda beralih menggunakan gawai. Padahal, dengan menulis tangan indah, rapi, dan bagus, bisa meningkatkan keterampilan motorik anak. Menulis tangan sebuah strategi belajar yang ampuh. Proses pemahaman akan menjadi lebih mudah.
[Redaktur : Alpredo Gultom]