WahanaNews.co | Bulan Agustus tahun ini diprediksi menjadi puncak kemarau. Sementara itu, dampak perubahan iklim global, terutama terhadap sektor pertanian, semakin meresahkan, terutama terkait ketersediaan kebutuhan pangan dan bahan baku perkebunan untuk masyarakat.
Merespons fenomena tersebut, pemerintah berupaya mencari solusi tepat untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Sejumlah upaya antisipasi pun dilakukan guna mengantisipasi berbagai dampak akibat perubahan iklim yang tak menentu jelang puncak musim kemarau.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) pun menugaskan jajaran Kementerian Pertanian ( Kementan) mempersiapkan sejumlah langkah guna mengantisipasi musim kemarau ekstrem atau El Nino.
"Menghadapi musim kering ekstrem atau El Nino, saya mendorong jajaran Kementan berada di lapangan membantu para petani yang kesulitan. Saya juga meminta persiapan dari semua daerah di seluruh Indonesia," ujar Mentan SYL melalui siaran pers, dikutip Minggu (7/5/2023).
Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan, Kementan, pun sigap menjalankan arahan Mentan SYL dengan mempersiapkan upaya antisipasi musim kemarau.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengatakan, salah satu upaya yang telah dipersiapkan dalam bentuk paket teknologi berupa kegiatan mitigasi ataupun adaptasi untuk menekan efek negatif perubahan iklim terhadap komoditas perkebunan.
Selain itu, lanjut Andi, Ditjen Perkebunan juga melakukan sosialisasi serta mengimbau petani segera melakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu, pembangunan embung, dan demplot pembukaan lahan tanpa bakar.
“Kami juga memberikan bantuan sarana dan prasarana (sarpras) untuk menghadapi kekeringan dan kebakaran lahan, seperti pompa air, pompa jinjing, dan selang,” terang Andi Nur.
Andi Nur menambahkan, pihaknya juga memasok kebutuhan pertanian, termasuk kebutuhan komoditas perkebunan Indonesia.
“Langkah antisipasi perlu segera dilakukan dan menjadi perhatian bagi seluruh pelaku usaha perkebunan demi menjaga keberlangsungan tanaman perkebunan," kata Andi Nur. [eta]