Dampak pola marketing baru itu pun terlihat dari survei TikTok yang menunjukkan 71 persen pengguna menemukan produk- produk baru selama masa Mega Sales, dengan perbandingan 1 dari 2 pengguna mencari tahu lebih jauh produk yang ditemukannya dan tak sedikit yang melakukan pembelian di musim belanja bulan berikutnya.
Kondisi infinity loop rupanya bisa tercipta karena ulasan berbentuk video yang memperlihatkan bentuk produk hingga pengalaman langsung dari para kreator memberi kesan hiburan yang interaktif dan bukan sebuah medium iklan yang bersifat hardselling.
Baca Juga:
Manfaatkan Harbolnas, Mendag Ajak Konsumen Belanja Produk UMKM
"Ketika kita melihat konten yang menghibur, akan tercipta pemikiran yang positif. Jadi ketika pengguna melihat ulasan atau konten produk itu lebih mudah menerima pesannya, tidak hanya itu kemungkinan untuk melakukan pembelian pun menjadi lebih mudah," katanya.
Hal itu terlihat pada temuan 8 dari 10 orang pengguna TikTok melakukan pembelian setelah melihat ulasan sebuah produk dari kreator konten ataupun jenama yang terlihat menyenangkan.
Menariknya dengan ulasan-ulasan yang terkait musim berbelanja daring, pembelian tetap terjadi meski musim itu telah berakhir.
Baca Juga:
Kemendag Targetkan Transaksi Rp25 Triliun di Harbolnas 2023
TikTok melihat hal itu berkat adanya tagar- tagar terkait yang tidak terpengaruh meski musim berbelanja sudah berakhir atau belum dimulai seperti contoh tagar #unboxing, #haul, ataupun #RacuninTikTok.
"Jadi pelaku usaha ataupun brand itu penting untuk terhubung dengan komunitas mengingat pengguna TikTok merupakan para pembeli yang enganged dan tertarik dengan konten- konten bermuatan hiburan sehingga pesan yang disampaikan bisa optimal melalui TikTok," tutup Sita. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.