WAHANANEWS.CO, Jakarta - Langkah mengejutkan datang dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump di sela gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Minggu (26/10/2025), ketika ia secara resmi menetapkan tarif 0 persen untuk sejumlah komoditas ekspor dari Malaysia, Kamboja, dan Thailand, sebuah kebijakan yang disebut sebagai bagian dari strategi memperkuat hubungan dagang dengan kawasan Asia Tenggara.
Kesepakatan tersebut ditandatangani dalam pertemuan bilateral antara delegasi Amerika Serikat dan ketiga negara, setelah sebelumnya diberlakukan tarif resiprokal sebesar 19 persen terhadap berbagai produk seperti tekstil, elektronik, dan hasil pertanian.
Baca Juga:
Trump Ancam Cabut Dukungan AS Jika Israel Nekat Caplok Tepi Barat
Dengan kebijakan baru ini, sejumlah produk utama dari ketiga negara tersebut dibebaskan dari bea masuk, menandai langkah signifikan Washington dalam mengembalikan pengaruh ekonominya di kawasan, di tengah meningkatnya dominasi Tiongkok dalam perdagangan Asia Tenggara.
Dalam pidatonya di hadapan para pemimpin ASEAN, Trump menegaskan komitmen Amerika Serikat untuk “membangun kemitraan ekonomi yang saling menguntungkan dan berkeadilan” sambil menekankan bahwa hubungan dagang yang sehat bukan hanya soal angka ekspor dan impor.
“Kami ingin melihat Asia Tenggara tumbuh bersama Amerika. Ini bukan hanya tentang angka perdagangan, tapi tentang kepercayaan dan kesempatan,” ujar Trump di hadapan forum ASEAN.
Baca Juga:
Macron Tegaskan Eropa Wajib Terlibat dalam Dialog Trump–Putin Soal Ukraina
Namun di balik kabar baik bagi tiga negara tersebut, Indonesia masih menunggu giliran untuk mendapatkan keringanan serupa.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, memastikan bahwa negosiasi dagang dengan Amerika Serikat telah kembali dilanjutkan setelah sempat tertunda beberapa bulan terakhir.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pembahasan saat ini berfokus pada penurunan tarif terhadap sejumlah produk unggulan Indonesia seperti alas kaki, furnitur, serta produk kelapa sawit dan turunannya.
“Negosiasi dengan pihak AS berjalan konstruktif. Kita berharap beberapa sektor strategis bisa segera memperoleh keringanan tarif. Pembicaraan ini bagian dari upaya menjaga daya saing produk Indonesia di pasar global,” kata Airlangga di Kuala Lumpur.
Menurut Airlangga, penundaan sebelumnya disebabkan oleh perubahan kebijakan dagang di Washington serta dinamika politik domestik Amerika Serikat, namun kini ada sinyal positif dari Gedung Putih.
Dengan langkah Trump yang memberikan kelonggaran bagi negara-negara ASEAN lain, Indonesia optimistis dapat segera menyusul dalam daftar penerima fasilitas perdagangan tersebut.
Langkah Amerika Serikat menurunkan tarif dinilai akan memberi dorongan besar bagi pertumbuhan ekspor di kawasan. Bagi Malaysia, Kamboja, dan Thailand, kebijakan ini dipandang mampu memperkuat posisi mereka dalam rantai pasok global, terutama di sektor manufaktur dan elektronik.
Sementara itu, bagi Indonesia, momentum ini menjadi peluang strategis untuk mempercepat negosiasi dan memperkuat posisi tawar di pasar global.
“Kami melihat ini sebagai momentum untuk memperluas akses produk Indonesia ke pasar AS,” ujar Airlangga dengan optimistis.
KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur bukan hanya menjadi panggung diplomasi politik, tetapi juga ajang penting bagi manuver ekonomi lintas negara.
Di tengah dinamika global yang terus berubah, langkah Trump di Kuala Lumpur menjadi penanda bahwa hubungan ekonomi Asia Tenggara dan Amerika Serikat tengah memasuki babak baru, dan Indonesia bersiap menjadi bagian penting dari perubahan tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]