WahanaNews.co | Kementerian Pertanian RI tiada henti mengajak generasi milenial menggeluti pertanian melalui aneka kemudahan. Program teranyar adalah Petani Milenial Akses Kredit Usaha Rakyat (Tani AKUR).
Kementan menjadikan KUR sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi petani milenial dari perbankan penyalur KUR, untuk meningkatkan produktivitas pertanian nasional.
Baca Juga:
Kementerian UMKM Tingkatkan Alokasi KUR Rp700 Miliar untuk Pelaku UMKM Kalbar 2025
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri nasional, meningkatkan pendapatan petani dan menggenjot ekspor, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan selalu mendorong pelaku utama dan pelaku usaha pertanian memanfaatkan dan mengakses fasilitas KUR, terutama yang akan mengembangkan Siatem Pertanian Terpadu (Integrated Farming).
“Merujuk serapan KUR Pertanian tahun 2021, maka track record-nya terbilang cukup baik,” katanya.
Baca Juga:
Penyaluran KUR BSI Aceh Capai Rp849,5 Miliar per Maret 2025
Dari target Rp 70 triliun, katanya, ternyata yang terserap mencapai Rp 85,6 triliun atau 122 persen. KUR diharapkan dapat mendongkrak kinerja pertanian, khususnya tahun anggaran 2022, seiring upaya penguatan produksi pangan, nilai tambah, dan daya saing produk pertanian.
“Kami selalu bersoal dengan anggaran, karena itu, harus bisa terakselerasi dengan daya produktivitas yang lebih baik melalui pemanfaatan kebijakan KUR yang digulirkan Presiden RI Joko Widodo bagi sektor pertanian,” kata Mentan Syahrul.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan untuk menjadi wirausahawan muda pertanian diperlukan 'tiga senjata utama' oleh smart people melalui pemanfaatan Smart Farming.
"Pemanfaatan ini melalui benih berkualitas sehingga harus menjadi kebiasaan kita sebelum bertani, diawali penggunaan benih dan bibit berkualitas," katanya saat membuka Webinar Millenial Agriculture Forum (MAF) Vol. 3 Edisi 41 yang dihadiri Kapusdik Kementan, Idha Widi Arsanti dan Kepala SMKPPN Sembawa, Yudi Astoni pada Sabtu (29/10).
Dedi Nursyamsi menambahkan, Smart Farming bisa dilakukan dengan pemanfaatan produk bioscience seperti varietas unggul baru (VUB), biofertilizer, agensia hayati dan lainnya untuk meningkatkan produktivitas.
"Termasuk penggunaan alsintan untuk meningkatkan dan mempercepat produksi seraya menekan tingkat kehilangan hasil. (losses) apalagi jika terintegrasi internet of things (IoT) untuk menembus batas ruang dan waktu," katanya.
Senjata ketiga adalah kebutuhan modal untuk sarana dan prasarana (Sarpras) pertanian dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan negara, sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.
Kepala SMKPPN Sembawa, Yudi Astoni menambahkan bahwa pemerintah saat ini sudah menyiapkan anggaran KUR sekitar Rp 50 triliun, yang dapat dimanfaatkan para petani dan penangkar.
Pada MAF bertajuk 'Tani Akur, Solusi Cerdas Usaha pertanian', Kepala SMK PP Negeri Sembawa Yudi Astoni mengatakan KUR merupakan salah satu roda penggerak usaha pertanian. Dengan bunga hanya 6 persen per tahun plus kemudahan mengakses pinjaman, skema KUR dinilai ramah bagi petani.
"Senjata yang harus dipegang yakni kolaborasi, petani harus berkerja sama dengan pihak-pihak terkait mulai dari permodalan dari hulu hingga hilir serta pemasaran. Kita harus kolaborasi bukan berkompetisi, kita harus merangkul bukan memukul, kerjasama adalah fungsi agribisnis,” kata Yudi.
MAF yang diikuti dari 500 peserta disuguhi materi dari berbagai nararumber berkompeten yakni Irwan Kurniawan selaku WPC Bidang Bisnis BSB KCU Arivai Palembang, Siska Antoni sebagai Duta Petani Milenial (DPM) Kementan dan Khoiri Siswanto sebagai aggota kelompok tani (Poktan) Sungai Kandis.
Irawan Kurniawan menyampaikan tugas pokok dari bank, yakni ikut mengembangkan perekonomian dan menggerakkan pembangunan daerah, serta memiliki fungsi yakni mendorong pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, pemegang kas daerah dan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). KUR memanfaatkan UMKM yang minimal sudah berjalan enam bulan dari semua sektor.
Pola pengembangan dengan kemitraan, kata Irawan, kriterianya adalah karakter dan kelakyakan usaha, kemauan melakukan pembayaran dan serius untuk mengembangkan usaha sebagai salah satu penilaian dari perbankan.
Siska Antoni mengulas tentang adanya KUR kebutuhan akses modal dapat terpenuhi. Misalnya, manfaat KUR bagi budidaya nanas dapat memperluas perkebunan nanas, distribusi nanas lebih besar, panen lebih banyak, memenuhi kebutuhan nanas lokal, provinsi serta membuka lapangan kerja bagi lapangan masyarakat.
Pemateri ketiga Khoiri Siswanto menjelaskan tentang pemanfaatan KUR bagi petani milenial yakni pengajuan dana KUR yang mudah sekitar 15 hari sudah cair serta bunga rendah 6 persen, serta petani mendapat keuntungan sekitar 50%, berbeda jika petani meminjam pada pedagang hanya 20 persen hingga 25 persen.
"Melalui peminjaman dana KUR Alsintan, dapat membeli retavator maxi bimo sehingga petani binaan saya tidak kesulitan lagi untuk mengolah lahan," katanya.
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan, kata Khoiri, untuk meminjam dana KUR, bukan untuk bayar utang karena di bank kita juga berutang, serta bukan untuk gaya hidup karena belum saatnya untuk bergaya hidup.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Idha Widi Arsanti dalam closing statement menjelaskan salah satu meningkatkan usaha pertanian yaitu pertambahan permodalan melalui KUR, harapannya dapat melalui akses KUR dapat merekrut generasi milenial melalui kolaborasi, mulai dari budidaya hingga pengemasan, sehingga mampu menghadapi tantangan ke depan.
Dalam konteks usaha, kata Kapusdik Idha WA, 10 Unit Pelaksana Teknis (UPT) pelaksana pendidikan vokasi Kementan didukung wahana praktik berupa Teaching Factory (TeFa) yang harus dilibatkan sebagai sarana pembelajaran.
"Optimalkan pula Program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) selaku inkubator bisnis," katanya.
Menurutnya, di dalam inkubasi bisnis tentu ada beberapa tahapan yakni pra inkubasi melalui seleksi, tahap inkubasi yang meliputi pelatihan dan pembekalan, proses pendampingan hingga ke pasca inkubasi yakni usaha PWMP yang mandiri dan berdayasaing dengan karakter agrisociopreneur.
"Petani milenial tentu saja harus dekat dengan digitalisasi, harus dekat dengan market place,” kata Kapusdik Idha WA. [tum]