WahanaNews.co, Jakarta - Holding Perkebunan Nusantara melalui melalui anak usahanya, yakni PTPN IV, menjalin kemitraan dalam pengembangan Compressed Biomethane Gas (CBG) bersama reNIKOLA SDN BHD, salah satu perusahaan energi terbarukan asal Malaysia.
Kerja sama ini dilakukan dalam rangka mengakselerasi implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG) di PTPN Group.
Baca Juga:
PTPN 4 Regional III Peringati HUT RI Ke-79 dengan Upacara dan Pemberian Penghargaan
Kemitraan ini tertuang dalam nota kesepahaman bersama atau Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Direktur PTPN IV Sucipto Prayitno dan Direktur reNIKOLA SDN BHD, Lim Beng Guan pada 30 Juni 2023.
Dalam kerja sama ini, pengembangan CBG dari limbah cair hasil pengolahan kelapa sawit (POME) yang akan dilakukan oleh PTPN IV dan reNIKOLA, berfokus terhadap empat pabrik kelapa sawit (PKS) milik PTPN IV, yakni PKS Tinjowan, PKS Pulu Raja, PKS Dolok Sinumbah dan PKS Pabatu, yang berlokasi di Sumatera Utara.
Direktur PTPN IV Sucipto Prayitno menyampaikan, bahwa kerja sama tersebut merupakan inisiatif PTPN IV sebagai salah satu anak usaha PTPN III (Persero) yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.
Baca Juga:
Momen Upacara Bendera HUT RI Ke-79, PTPN 4 Regional 1 Beri Penghargaan untuk 84 Karyawan
Menurutnya, kerja sama ini selaras dengan roadmap pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK) yang dicanangkan PTPN Group untuk melakukan pengurangan emisi dalam Business As Usual (BAU) kegiatan perkebunan.
“Ini juga mendukung program pemerintah terhadap upaya menurunkan emisi GRK 29 persen dari (kemampuan sendiri) atau 41 persen (dengan bantuan internasional) pada 2030 sesuai NDC (Nationally Determined Contribution),” ujar Sucipto, dalam seremonial kerja sama tersebut yang digelar secara daring pada Selasa (12/09/2023).
Sementara itu, Direktur reNIKOLA SDN BHD Lim Beng Guan, menyampaikan, saat ini pihaknya tengah berkomitmen dalam penurunan emisi karbon dunia (decarbonisasi), dengan salah satu fokusnya adalah melakukan pengembangan CBG melalui pemanfaatan limbah cair pengolahan kelapa sawit (POME) menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan dapat dimanfaatkan.
“Kami menargetkan 50 proyek CBG di Indonesia dengan estimasi biaya USD 300 juta (Rp 4,6 triliun, kurs 15.355 per USD), dan berharap dapat berkolaborasi dengan PTPN Group” ungkap Lim.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Dwi Sutoro, mengatakan, rencana kerja sama antara PTPN IV dan reNIKOLA sejalan dengan rencana penurunan emisi karbon PTPN Group.
“Kehadiran reNIKOLA sebagai mitra kerja sama pengembangan CBG dengan memanfaatkan limbah cair pengolahan kelapa sawit (POME) menjadi hal yang bernilai ekonomis, khususnya di PTPN IV, adalah sesuatu yang baik. Ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi PTPN Group maupun reNIKOLA,” imbuh Dwi.
Dwi berharap, agar ke depan pengembangan EBT di Indonesia mendapatkan dukungan yang lebih dari pemerintah, sehingga dapat menarik minat calon investor untuk mengembangkan EBT di Indonesia.
“Tentunya untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan energi nasional di masa kini dan nanti,” ucapnya.
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III akan membangun pabrik ester metil asam lemak (FAME) turunan minyak kelapa sawit pada Oktober 2023.
Pabrik dengan kapasitas produksi 450 ribu ton per tahun yang dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara ini target dapat memulai produksi di awal 2025.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Strategi Hilir PTPN III Leonardo Alexander Renatus Pane menjelaskan, pembangunan pabrik FAME tersebut saat ini tengah melaksanakan lelang kontraktor rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC).
"Pabrik FAME itu di KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara. Sekarang lagi proses tendering kontraktor EPC, harapannya oktober ini bisa groundbreaking," ujar Leo di sela-sela acara Indonesia Sustainibility Forum (ISF) di Park Hyatt Jakarta, Kamis (7/9/2023).
"(Mulai produksi) paling cepat Januari 2025, kapasitas 450.000 ton per tahun," terang dia.
Kirim ke PertaminaLeo mengatakan, hasil produksi pabrik FAME tersebut nantinya separuh akan diberikan kepada PT Pertamina (Persero) untuk bahan baku biodiesel. Sementara sisanya bakal diekspor.
"Kalau mandatori bisa 50:50, separuh lokal sisanya ekspor. Itu nanti diatur sama Kementerian ESDM," kata Leo.
Kata Leo, PTPN memiliki banyak perkebunan untuk ketersediaan biomassa, beserta limbah perkebunan yang juga bisa turut dimanfaatkan untuk mendukung program biodiesel dan bioetanol ke depan.
Saat ini, PTP sudah memiliki pabrik etanol dengan kapasitas produksi 100 kiloliter per hari di PT Energi Agro Nusantara (Enero), Mojokerto.
"Rencananya juga kita dalam waktu ke depan akan menambah pabrik-pabrik bioetanol baru dengan mitra-mitra strategis hingga kapasitas 150.000 ton per tahun," tutur Leo.
[Redaktur: Sandy]