WahanaNews.co | Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyebutkan pihaknya terus konsisten dan berkomitmen untuk menjalankan tugas transisi energi melalui beberapa upaya.
Upaya tersebut seperti menghapus rencana pembangunan PLTU batu bara sebesar 13 GW. Dengan penghapusan itu, PLN berhasil mencegah adanya 1,8 miliar ton Co2 emission selama 25 tahun ke depan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Apakah itu cukup? belum. Ada PLTU 1,1 GW bukan hanya dihapus tapi langsung diganti jadi pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Kemudian ada 800 MW kita hapus dan diganti dengan gas," ujarnya dalam Forum Transisi Energi - Strategi Transisi Energi Indonesia, Kamis (22/12/2022).
Selain itu, PLN juga berhasil negosiasi untuk membatalkan pembangkit sebesar 1,4 GW yang sudah memiliki kontrak. Dengan pembatalan itu, PLN berhasil mencegah 200 juta ton emisi Co2.
Kemudian, PLN melontarkan strategi transisi energi melalui Net Zero Emission (NZE) Program dengan target di 2060 menjadi 0 ton emisi. Diketahui, saat ini emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor kelistrikan mencapai 280 juta ton, yang di dalamnya termasuk emisi dari PLN dan , independent power produsen.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Tidak berhenti sampai situ, PLN juga membangun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang berisi penambahan 20,9 GW additional capacity berbasis EBT yang akan dibangun sampai 2030.
Lebih lanjut, untuk akselerasi transisi energi, PLN membangun strategi program pensiun dini program listrik batu bara.
"Sehingga ada additional renewable energi yg sudah direncanakan bisa masuk ke ekosistem kami. Selama 6 bulan ini kita ambil international leadership agar berjalan baik," pungkasnya. [eta]