WahanaNews.co | Amerika Serikat (AS) tengah mengembangkan sistem rudal yang mampu mempertahankan Amerika Serikat dari serangan senjata hipersonik. Untuk itu, Pentagon memilih Northrop Grumman, Lockheed Martin dan Raytheon.
Langkah ini dilakukan di tengah tudingan AS ke China yang dianggap sudah memiliki rudal hipersonik yang sempat diujicoba.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Ketiga perusahaan tersebut diberikan kontrak terpisah dengan total $60 juta atau sekitar Rp 856,16 miliar untuk mengembangkan pencegat fase luncur yang akan dipandu oleh konstelasi satelit dan sensor untuk mencegat rudal hipersonik di dalam atmosfer bumi saat meluncur menuju sasarannya.
Di tahun 2022, Badan Pertahanan Rudal mengalokasikan US$ 136 juta atau Rp 1,94 triliun untuk penelitian, pengembangan, pengujian dan evaluasi untuk sistem pertahanan senjata hipersonik.
Amerika Serikat dan saingan globalnya telah mengintensifkan upaya mereka untuk membangun senjata hipersonik yang merupakan generasi senjata berikutnya yang dapat terbang dengan kecepatan tinggi.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Oleh karena itu, untuk menangkal senjata hipersonik dibutuhkan sistem pertahanan yang lebih cepat dan sistem baru untuk mengalahkannya.
Seringkali, Pentagon mengadakan kompetisi untuk kontrak senjata atau pertahanan dalam upaya untuk mendapatkan produk dengan kualitas terbaik dengan harga terendah.
Awal musim gugur ini, seorang pejabat pertahanan mengatakan Badan Pertahanan Rudal bekerja dengan industri dan berharap untuk mendapatkan penghargaan pada akhir tahun kalender.
Ada harapan luas bahwa Badan Pertahanan Rudal akan memilih dua perusahaan untuk melanjutkan. Dimasukkannya pesaing ketiga menggarisbawahi keinginan Badan Pertahanan Rudal untuk memberi insentif kepada industri untuk melakukan penelitian dan pengembangan di sekitar senjata kelas baru ini.
China Berhasil Bikin
China dilaporkan berhasil meluncurkan uji tembak rudal hipersonik. Rudal itu dilaporkan berhasil mengelilingi bumi dalam uji coba musim panas lalu.
Kabar ini dilaporkan langsung oleh Jenderal John Hyten, wakil ketua Kepala Staf Gabungan militer Amerika Serikat (AS). Hyten menyebut bahwa ini merupakan peringatan bahwa suatu hari nanti China mungkin dapat meluncurkan serangan nuklir kejutan ke wilayahnya. [rin]