WahanaNews.co | Menang
dalam pemilihan umum pada Sabtu (19/6), ulama konservatif dengan rekam jejak
kontroversi HAM, Ebrahim Raisi, terpilih menjadi presiden Iran.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Melalui pernyataan resmi yang dikutip AFP, Menteri Dalam
Negeri Iran, Abdolreza, Rahmani, Fazli, mengumumkan bahwa Raisi menang pemilu
dengan meraih 61,95 persen suara.
Berdasarkan data Kemendagri Iran, pemilu yang digelar pada
Jumat (18/6) ini merupakan pesta demokrasi dengan jumlah pemilih terendah dalam
sejarah negaranya.
Dari 59 juta warga pemegang hak suara, hanya 48,8 persen di
antaranya yang ikut serta dalam pemilihan umum.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Dengan hasil ini, Raisi dipastikan menjadi pengganti
Presiden Hassan Rouhani yang lengser setelah menjabat dua periode.
"Saya memberikan selamat kepada rakyat atas pilihan
mereka," ujar Rouhani seperti dikutip AFP.
Raisi naik takhta di tengah sejumlah situasi penting, salah
satunya perundingan kembali dengan Amerika Serikat terkait perjanjian nuklir
Iran.
Kedudukan seorang presiden Iran memang tidak setinggi
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Namun, presiden memiliki pengaruh
signifikan dalam menangani kebijakan industri hingga urusan luar negeri.
Meski minim pengalaman politik, Raisi merupakan kepala
kehakiman Iran yang dikenal dengan kebijakan eksekusi massal ribuan tahanan
pada akhir 1980-an.
Media lokal menganggap pria yang kerap memakai sorban hitam
itu sebagai penerus Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Raisi
memang merupakan anak didik Khamenei saat mengenyam pendidikan seminari di
Qom.Lahir pada 1960 di desa dekat kota suci Masyhad, Raisi bergabung dengan
kantor jaksa di Masjed Soleyman setelah revolusi Islam 1979. Sejak itu, ia
memimpin kantor kejaksaan di sejumlah daerah.
Raisi pernah mencalonkan diri sebagai presiden dalam pilpres
2017 dan bersaing dengan Rouhani. Namun, ia kalah dengan hanya meraup 38 persen
dukungan.
Ia termasuk dalam kubu ultrakonservatif yang tidak percaya
Amerika Serikat. Ia bahkan kerap menganggap AS sebagai "Setan Besar".
Raisi juga merupakan salah satu oposisi Presiden Hassan
Rouhani, yang memiliki pendekatan lebih moderat terhadap bangsa Barat, terutama
AS. [qnt]