WahanaNews.co | Pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei mengatakan bahwa kerusuhan dan kekacauan terbaru di Iran dirancang oleh negara-negara Barat dan rezim zionis serta orang-orang bayaran mereka dan segelintir pengkhianat di luar negeri.
"Dalam peristiwa yang baru saja terjadi, seorang perempuan muda (Mahsa Amini) meninggal, dan ini membuat hati kita semua terbakar, namun reaksi atas peristiwa ini yang dilakukan tanpa penyelidikan dan kepastian terkait apa yang sebenarnya terjadi," demikian keterangan tertulis Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta, Jumat (6/10/2022).
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Menurut Kedutaan Iran itu, sebagian orang turun ke jalan membuat kekacauan, membakar Al Quran, mencopot paksa hijab seorang perempuan, membakar masjid, tempat ibadah, dan kendaraan masyarakat, bukanlah reaksi yang biasa dan normal.
Ali Khamenei menegaskan kerusuhan terbaru di Iran sudah direncanakan sebelumnya dan jika tidak ada peristiwa kematian itu, pihak musuh akan mencari dalih lain supaya terjadi kekacauan di Iran.
Menurutnya, ucapan belasungkawa negara-negara Barat atas kematian Mahsa Amini di Iran adalah dusta dan bertolak belakang dengan tampilan lahir mereka yang sebenarnya merasa gembira karena mendapatkan alasan untuk menciptakan insiden.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
"Di Iran, pejabat tiga lembaga tinggi negara menyampaikan belasungkawa dan Mahkamah Agung Iran sudah berjanji akan mengusut kasus ini sampai akhir," kata Ayatullah Khamenei.
Ia juga menyinggung kemajuan pesat di semua sektor di Iran dan kerja keras untuk menyelesaikan sebagian permasalahan lama, serta mengaktifkan bidang produksi, perusahaan berbasis sains dan kemampuan negara untuk menggagalkan sanksi.
Ayatullah Khamenei kembali menegaskan bahwa segelintir orang yang turun ke jalan adalah sisa-sisa oknum yang sebelumnya mendapatkan pukulan Iran seperti kelompok teroris MKO, kelompok separatis, kelompok monarki, dan keluarga dinas intelijen Shah Iran yaitu Savak.
Menurutnya, banyak perempuan di Iran yang tidak mengenakan hijab secara sempurna, tetapi merupakan pendukung serius Republik Islam Iran. [rin]