WahanaNews.co | Makin banyak maskapai yang menghindari wilayah udara Ukraina. Hal itu terkait masalah asuransi dan keputusan sejumlah maskapai ternama Eropa untuk menghentikan penerbangan, sebagaimana disampaikan penasihat penerbangan, Senin (14/2).
Perusahaan tersebut menambahkan bahwa kecenderungan untuk menghentikan penerbangan mengemuka setelah Amerika Serikat memperingatkan soal kemungkinan Rusia dapat menyerang kapan saja.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Maskapai Belanda KLM mengatakan pihaknya akan menghentikan penerbangan ke Ukraina dan melintasi ruang udara negara itu, sementara maskapai Jerman Lufthansa mengatakan masih mempertimbangkan penangguhan.
Penerbangan British Airways (BA) antara London dan Asia pada Senin (14/2) terpantau menghindari ruang udara itu, menurut Reuters yang memonitor layanan pelacakan penerbangan, FlightRadar24.
Seorang pilot BA pada Minggu (13/2) di Twitter mengatakan dibutuhkan waktu lebih lama untuk menjalankan layanan kargo dari London ke Bangkok akibat "kondisi geopolitik saat ini". BA belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Baca Juga:
Selama di Indonesia Paus Fransiskus Tak Akan Naik Mobil Mewah-Anti Peluru
“Dugaan saya bahwa wilayah Ukraina akan tidak bisa diterbangi dalam waktu dekat jika apa yang kita lihat selama akhir pekan menjadikan beberapa maskapai benar-benar menghentikan operasinya,” kata Mark Zee, pendiri perusahaan penasihat operasi penerbangan OPSGROUP.
“Saya rasa itu bukan saran pemerintah yang melakukan sejauh itu karena penghentian penerbangan itu didasarkan atas ketidaktersediaan asuransi atau maskapai mengamati sikap maskapai-maskapai lain. Jadi, contohnya, kalau KLM, Lufthansa, dan British Airways memutuskan tidak terbang di atas Ukraina sama sekali, kita nyaris kembali ke skenario MH17,” katanya.
Pada 2014, penerbangan Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di Ukraina timur hingga menewaskan semua 298 orang dalam pesawat. Dua per tiga dari seluruh korban itu adalah warga Belanda.
Beberapa maskapai sudah menghindari wilayah udara negara itu setelah beberapa pesawat militer ditembak jatuh. Zee mengatakan bahwa menghindari ruang udara Ukraina akan memiliki dampak rute terbesar pada maskapai dari negara tetangga, tetapi diperkirakan tidak meningkatkan biaya penerbangan jarak jauh.
Maskapai Ukraina SkyUp mengatakan bahwa pihaknya harus mengalihkan satu penerbangan dari Portugal ke Ukraina pada Sabtu (12/2) setelah pemilik pesawat melarang pesawat itu memasuki wilayah udara Ukraina.
Kantor berita Ukraina Interfax mengatakan perusahaan asuransi Ukraina sudah menerima pemberitahuan dari perusahaan reasuransi bahwa maskapai penerbangan tidak menanggung risiko perang.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal pada Minggu (13/2) mengatakan bahwa pemerintah sudah mengalokasikan sebesar 591,98 juta dolar AS atau setara dengan Rp8,5 triliun. Dana itu disediakan untuk memastikan keamanan penerbangan bagi para perusahaan asuransi serta perusahaan penyewaan guna menjamin kelanjutan penerbangan yang melintasi ruang udaranya. [rin]