WAHANANEWS.CO, Jakarta - Lonjakan keluhan penyakit pernapasan seperti batuk, pilek, dan demam yang tak kunjung sembuh dalam beberapa pekan terakhir menjadi perhatian kalangan medis.
Dokter Spesialis Paru Konsultan, Prof. Erlina Burhan, menilai tren ini bisa menjadi sinyal meningkatnya kasus COVID-19 di tengah masyarakat, meski sebagian besar orang menganggapnya hanya flu biasa.
Baca Juga:
Musim Dingin Picu Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Rumah Sakit Kewalahan
“Banyak pertanyaan dari masyarakat, bahkan di tempat praktik saya banyak keluhan serupa,” kata Prof Erlina yang juga Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia seperti dilaporkan RRI, Kamis (9/10/2025).
Ia mengungkapkan, fenomena ini sejalan dengan situasi di sejumlah negara lain yang juga mencatat lonjakan kasus COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir.
Menurutnya, perbedaan antara flu biasa dan COVID-19 saat ini semakin sulit dikenali.
Baca Juga:
Pembangunan Sport Center di Kabupaten Tapanuli Utara Menuai Perhatian Publik
“Agak susah membedakan flu biasa atau Covid, apalagi sekarang jarang yang mau tes PCR,” ujarnya.
Prof Erlina menambahkan, beberapa pasien yang datang ke kliniknya bahkan melaporkan gejala yang berpindah-pindah antaranggota keluarga, namun tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
“Sekarang sudah jarang orang sukarela melakukan tes PCR, padahal data surveilans menunjukkan peningkatan,” katanya.
Ia menjelaskan, varian yang beredar saat ini masih merupakan turunan dari Omicron dengan gejala relatif ringan.
Namun, rendahnya kesadaran masyarakat untuk beristirahat dan memeriksakan diri justru membuat penyembuhan berjalan lebih lama.
“Dulu orang tahu kalau mengalami Covid dan langsung istirahat. Sekarang mereka tetap kerja meski sakit, akhirnya gejalanya lama,” ujar Prof Erlina.
Dalam kondisi seperti ini, ia mengimbau masyarakat tetap berhati-hati dan menerapkan langkah pencegahan sederhana.
“Kalau mengalami gejala mirip Covid, pakailah masker dan cuci tangan,” katanya.
Meski belum perlu dikeluarkan peringatan resmi, Prof Erlina menekankan pentingnya kewaspadaan dini.
“Kalau kita periksa, mungkin banyak yang positif Covid, tapi sulit dikatakan tanpa tes,” ujarnya.
Keluhan serupa ramai dibicarakan di media sosial, di mana banyak warganet mengaku mengalami gejala batuk, pilek, dan demam yang tak kunjung reda meskipun sudah minum obat dan beristirahat.
Beberapa bahkan menyebut gejala tersebut menetap hingga lebih dari dua minggu.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengonfirmasi adanya peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sepanjang tahun 2025.
Tren kenaikan terlihat sejak awal tahun dan terus berlanjut hingga tiga pekan terakhir.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa kondisi tersebut berkaitan erat dengan perubahan cuaca.
“Iya, terkait musim hujan, saat suhu lebih rendah dan kelembapan tinggi,” katanya,
Kendati demikian, Kemenkes memastikan situasi COVID-19 masih terkendali.
Rata-rata kasus harian tercatat di bawah 20 kasus per hari, dan tidak ada laporan kematian akibat COVID-19 sepanjang tahun 2025.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]