WahanaNews.co | Media sosial tengah ramai dengan kabar seorang balita dikerok.
Kabar ini pun mengundang perhatian netizen.
Baca Juga:
Sungguh Tega, Bayi Dicekoki Obat Penggemuk Sama Babysitter di Surabaya Selama 2 Tahun
Kabar ini beredar melalui tangkapan layar yang menampilkan bayi tengkurap dan dikerok oleh orang dewasa.
Di gambar yang sama terdapat tulisan yang menyebut sang bayi sedang 'anteng' saat dikerok.
Apakah bayi memang boleh dikerok layaknya orang dewasa?
Baca Juga:
Terlalu! Ayah Kandung Tega Jual Bayi Demi Beli Handphone dan Judi
Dokter spesialis anak Angga Wirahmadi menuturkan bahwa kerokan pada prinsipnya merupakan aktivitas memberikan gesekan atau parutan di kulit.
Harapannya, terjadi pelebaran pembuluh darah kulit lalu timbul rasa nyaman.
Namun, ia tak menyarankan kerokan diberikan pada bayi di bawah usia satu tahun.
"Meski demikian, kerokan pada bayi di bawah usia satu tahun tidak disarankan karena dapat menimbulkan rasa nyeri, luka dan bengkak pada lokasi kerokan yang disebabkan kulit bayi yang masih tipis," jelas Angga dilansir dari CNN, Jumat (27/1).
Dia mengatakan bahaya kerokan pada bayi bisa dilihat dari dua sisi.
Di antaranya proses kerokan dan zat atau minyak yang digunakan.
Dilihat dari proses kerokan, lanjut dia, bayi masih memiliki kulit tipis sehingga mengerok akan menimbulkan rasa nyeri, bengkak, dan kemerahan. Luka akibat kerokan bisa menjadi tempat masuk kuman baik virus maupun bakteri penyebab infeksi.
"Zat atau minyak yang dipakai juga dapat menyebabkan iritasi kulit dan peradangan kulit anak," imbuhnya.
Kapan anak boleh dikerok?
Angga berkata tidak ada batasan usia pasti anak boleh dikerok. Namun, semakin bertambah usia, semakin aman anak dikerok.
Hanya saja, perlu dipastikan lagi apakah kerokan benar-benar bermanfaat untuk meredakan sakit anak.
"Masih banyak metode alami lain yang bisa digunakan untuk meringankan gejala sakit pada anak, seperti banyak minum, kompres air hangat dan makan atau minum yang hangat, dan lain-lain," katanya.
Orang tua pun perlu memahami bahwa terapi tradisional yang aman buat orang dewasa belum tentu aman buat anak.
"Pemberian terapi tradisional pada bayi dan anak sebaiknya dikonsultasikan dulu pada dokter," kata Angga. [rgo]