WahanaNews.co | Salah satu upaya untuk mengakselerasi pengurangan emisi karbon dunia adalah dengan mengurangi penggunaan energi fosil.
Di sektor pembangkitan PT PLN (Persero) mulai mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) secara bertahap.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Namun, dalam masa transisi energi, PLN menggunakan teknologi co-firing di PLTU sebagai upaya menekan penggunaan batu bara.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi menjelaskan saat ini PLN telah mengimplementasikan teknologi co-firing di 33 PLTU.
Sedangkan pada dua sampai tiga tahun mendatang, PLN akan menambah lagi teknologi co-firing ini di 48 PLTU.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Evy menuturkan, teknologi co-firing ini dilakukan PLN tak sekedar mengurangi emisi.
Melalui pemberdayaan masyarakat, teknologi co-firing ini juga mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam penanaman tanaman biomassa bahkan ada pula yang mengelola sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pelet untuk bahan baku co-firing sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
“Hingga saat ini, PLN sudah bisa memproduksi 653 GWh energi bersih yang dihasilkan dari biomassa, sehingga melalui teknologi ini PLN mampu mereduksi emisi karbon hingga 656 ribu ton CO2,” ujar Evy dalam gelaran Konferensi Perubahan Iklim (COP 27) di Sharm El Sheikh, Mesir, Minggu (6/11/2022).