WahanaNews.co | PT PLN (Persero) menggandeng Jepang dan Tiongkok untuk mendorong potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia terkait teknologi rendah karbon.
Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan beberapa nota kesepahaman (MoU) antara PLN dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), Kyudenko Corporation, serta dengan China Renewable Energy Engineering Institute (CREEI) di Bali pada pekan lalu.
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Energi Terbarukan
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengatakan, dalam transisi energi diperlukan teknologi pengganti pembangkit fosil untuk memikul beban dasar maupun menunjang stabilitas sistem, termasuk suplai listrik untuk daerah remote atau kepulauan.
"Kajian mendalam akan dilakukan PLN pada manajemen sistem energi di remote area,” jelasnya, dalam keterangan resmi, Senin (26/9/2022).
Diharapkan, hasil kajiannya dapat memberikan gambaran dan model rencana peningkatan bauran EBT di daerah yang terisolir hingga 100%.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harris Yahya, menambahkan, pemerintah telah berkomitmen melakukan transisi energi secara bertahap sampai 2060.
Artinya, dalam beberapa tahun ke depan, pembangkit listrik berbasis fosil tidak akan ada lagi, untuk itu perlu segera dipikirkan penggantinya.
“Saat ini, kapasitas EBT kita sekitar 8,5 gigawatt (GW), tapi belum dimaksimalkan potensi yang kita punya. Sehingga perlu kita breakdown lagi untuk pengembangan tenaga surya, geothermal, air, angin, hingga laut,” urai Harris.