WahanaNews.co | Ancaman guguran awan panas Gunung Semeru di Jawa Timur belum berakhir.
Masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah atau puncak dan 5 km dari bukaan kawah di sektor tenggara-selatan.
Baca Juga:
Gunung Semeru di Lumajang Erupsi Disertai Guguran Lava Pijar
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi telah melaporkan guguran awan panas sejak 1 Desember 2021.
Hingga Minggu (5/12/2021) siang, 13 warga dilaporkan tewas dan puluhan lainnya terluka akibat erupsi Semeru.
Erupsi diikuti guguran awan panas dengan jarak luncur 4 kilometer dari puncak dan banjir lahar hujan, Sabtu (4/12/2021).
Baca Juga:
Gunung Semeru Erupsi, Guguran Meluncur hingga Jarak 1.000 Meter
Guguran awan panas dengan jarak luncur lebih pendek kembali terjadi, Minggu (5/12/2021) pagi.
”Masih ada potensi terjadi awan panas. Seberapa besar dan jauh jarak luncurnya, sulit untuk menentukan itu,” ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Andiani, di Bandung, Jawa Barat, Minggu (5/12/2021) sore.
PVMG telah melaporkan peningkatan aktivitas Semeru saat terjadi guguran awan panas dengan jarak luncur sekitar 1,7 km dari puncak atau 700 meter dari ujung aliran lava, Rabu (1/12/2021).
Andiani mengaku pihaknya sudah menyampaikan hal itu kepada pemerintah daerah setempat.
Pihaknya juga mengeluarkan peta kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Semeru.
Dalam peta ini terdapat kawasan dengan warna merah tua (KRB III) yang sering dilanda guguran awan panas, aliran lava, dan lontaran lava pijar.
Kawasan berwarna merah muda (KRB II) berpotensi dilanda awan panas, aliran lava, guguran batu pijar, dan lahar hujan.
Sementara, wilayah berwarna kuning (KRB I) berpotensi dilanda aliran lahar dan kemungkinan terdampak perluasan awan panas dan aliran lava.
Andiani belum dapat memastikan apakah korban berada dalam radius yang direkomendasikan untuk tidak beraktivitas.
Namun, jika mengalami luka bakar, kemungkinan besar berada di KRB III.
Oleh sebab itu, masyarakat diimbau tidak beraktivitas di kawasan yang dilanda awan panas.
Masih terdapat material bersuhu tinggi dan berbahaya.
Banjir lahar juga berpotensi kembali terjadi di sekitar aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru.
Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman, menyebutkan, terkikisnya material abu vulkanik di tudung gunung membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga mengalami erupsi.
Meskipun warga cenderung tidak merasakan gempa saat terjadi erupsi, getarannya tetap terekam oleh seismograf.
Hal ini disebabkan sedikitnya material di dalam dapur magma.
”Pada letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak. Tetapi, abu vulkaniknya banyak karena akumulasi dari letusan sebelumnya,” ujar Mirzam.
PVMBG belum menaikkan status Gunung Semeru. Gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu masih berstatus Waspada atau level II sejak Mei 2012.
Andiani menyebutkan, aktivitas Semeru masih didominasi gempa letusan dan guguran.
Belum terpantau gempa tektonik dalam.
Ketinggian kolom juga tidak lebih dari 500 meter.
Tim PVMBG pun telah diterjunkan untuk memantau lebih intensif aktivitas Semeru.
”Tanda-tanda fisiknya belum menunjukkan intensitas untuk ditingkatkan statusnya. Tetapi, kami akan evaluasi dalam beberapa hari ke depan, perlu ditingkatkan atau tidak,” ujarnya.
Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono. mengatakan, awan panas merupakan karakteristik ancaman Semeru.
Banjir lahar juga patut diwaspadai di sepanjang sungai dan lembah yang berhulu di puncak atau kawah.
”Kami memonitor (aktivitas Semeru) 24 jam. Guguran awan panas sudah diidentifikasi. Kejadian kemarin (Sabtu) juga ada faktor cuaca buruk (hujan lebat),” ucapnya. [qnt]