WahanaNews.co, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan uang tunai sebesar Rp122 juta sampai Rp200 juta sebagai bentuk ganti rugi kepada petani yang gagal panen.
Dana tersebut diberikan untuk per kelompok pertaniannya.
Baca Juga:
Jokowi Dijadwalkan Kampanye di Bali untuk De Gadjah Hari Ini, 22 November
Setidaknya ada tiga kelompok dengan besaran uang ganti rugi yang berbeda. Kelompok sebesar Rp122 juta, lalu Rp180 juta dan Rp200 juta.
"Ini kan tadi ada yang dapat satu kelompok ada yang Rp200 juta, ada yang Rp180 juta ada yang Rp122 juta," ujar Jokowi saat bertemu dengan kelompok tani yang ditayangkan di Youtube Setpres, Selasa (21/1).
Jokowi menekankan agar uang tunai ganti rugi yang diterima harus segera digunakan untuk kembali menanam. Sebab, sektor pertanian sangat penting untuk kemandirian pangan dalam negeri.
Baca Juga:
Dua Pekan Menjelang Pilkada Jakarta, Pasangan Calon Berebut Dukungan Jokowi-Anies
"Semoga nanti segera diterima uang cash-nya, langsung dipakai tanam, tanam, tanam, tanam," jelasnya.
Menurutnya, gagal panen akibat perubahan iklim tersebut sama dengan bencana alam lainnya, seperti banjir. Oleh sebab itu, perlu diberikan ganti rugi agar para petani memiliki kemampuan untuk menanam kembali.
Proses ganti rugi tersebut pun sudah dibicarakan dengan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dan disepakati bahwa itu bagian dari bencana alam.
"Pak Jenderal (Suharyanto) menyampaikan kepada saya 'Pak, sama, sebetulnya bencana kena gempa sama kena banjir itu ya sama, bisa dibantu,' oh oke bantu aja. Kayak gitu. Perintah langsung. Bantu," jelasnya.
"Wong kalau gempa rumahnya roboh atau retak aja dibantu sama BNPB. Ini sawah kena banjir sama kan penderitaannya kok ndak dibantu. Bantu," imbuh Jokowi.
Di samping itu, dia menyampaikan bahwa perubahan iklim bukan hanya fenomena yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, banyak negara yang telah memutuskan untuk mengurangi impor, khususnya untuk produksi beras, demi menjaga ketersediaan stok di dalam negeri masing-masing.
"Menghadapi bencana di berbagai tempat, negara-negara lain juga mengalami penurunan produktivitas di sektor padi akibat bencana-bencana seperti kekeringan yang berkepanjangan dan curah hujan yang terus menerus, sehingga banyak tanaman gagal panen," ungkapnya.
Dia berharap bahwa dengan pemberian uang ganti rugi ini, produksi padi dalam negeri dapat pulih kembali.
Hal ini disebabkan karena ratusan juta penduduk Indonesia memerlukan pasokan pangan yang mencukupi.
"Dengan populasi sekitar 280 juta, kita semua membutuhkan makanan. Benar, bukan? Oleh karena itu, peran penting dari para petani sangatlah vital bagi negara ini," tandasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]