WahanaNews.co | Keamanan ekstra untuk tamu negara, apalagi sekelas kepala negara,
tentu menjadi hal mutlak.
Apalagi mengunjungi Afghanistan, yang
semua tahu kondisinya masih diselimuti konflik.
Baca Juga:
Dua Pekan Menjelang Pilkada Jakarta, Pasangan Calon Berebut Dukungan Jokowi-Anies
Januari 2018, Presiden Joko Widodo alias Jokowi tetap memutuskan untuk mengunjungi negara itu.
Di saat banyak kepala negara menghindari
datang, Jokowi tetap bersikukuh.
Rasanya, semua
memberi saran, agar Presiden membatalkan kunjungannya.
Baca Juga:
Ribuan Warga Hadir, Saat Jokowi Blusukan di Banyumas Dampingi Luthfi
Dalam buku Jokowi: Menuju Cahaya tulisan Alberthiene Endah, diakui Presiden
Jokowi bahwa banyak masukan datang ke dirinya terkait keinginan
mengunjungi Afghanistan.
Kehadiran orang nomor satu di
Indonesia itu dianggap sia-sia, karena konflik yang sudah sangat panjang di
negara itu.
"Saya pikir masak kesadaran untuk
damai sudah buntu? Pastilah masih bisa jika diupayakan terus menerus. Kuncinya
menurut saya, harus terus diupayakan. Tidak boleh menyerah dan berhenti.
Perdamaian itu tidak turun dari langit, melainkan harus diupayakan. Jika ada
negara yang berperang sudah menjadi kewajiban negara lain untuk peduli dan
berusaha menciptakan perdamaian," papar Jokowi dalam buku tersebut.
Jokowi menuturkan bahwa niatnya adalah
baik.
Terlebih lewat cerita
yang dia dapatkan langsung dari Istri Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, bahwa dulu negara itu sangat aman.
Perempuan berkendara pun bebas.
Tapi, setelah
konflik, semua itu sirna.
"Saya dijanjikan akan disediakan
sebuah tank khusus anti peluru dan anti rudal demi keamanan saya selama di
sana," kata Jokowi.
Untuk pengamanan seperti itu, rasanya
sudah tepat diberikan ke Presiden Jokowi.
Hingga akhirnya pesawat Kepresidenan
RI yang mengangkut Presiden Jokowi dan rombongan, mendarat di Bandara
Internasional Hamid Karzai.
Cuaca cukup dingin saat itu.
Presiden Jokowi dihampiri seorang
utusan Afghanistan.
Dia datang malah menyampaikan
permintaan, yang rasanya sulit untuk diterima akal sehat.
"Pak Presiden, apakah Bapak
berkenan menaiki kendaraan biasa, bukan tank?" Jokowi menirukan
permintaan dari utusan tersebut.
Padahal, di tengah
hujan salju yang turun dan membuat dingin, sebenarnya sudah ada rasa khawatir
dari Presiden Jokowi begitu menuruni anak tangga pesawat.
Sesuatu yang berbahaya bisa terjadi.
Tapi, Jokowi
berkeyakinan dalam hati, "Tapi saya yakin, saya datang ke negeri itu
dengan sebuah niat baik. Maka, Allah pasti memberikan
perlindungannya pada saya."
Tapi,
ketegangan malah dibuat kembali dengan permintaan utusan tersebut.
Tanpa kendaraan anti peluru dan rudal.
Tentu ini menjadi sangat riskan bagi
Jokowi, di tengah aksi bom yang bahkan dua jam sebelum mendarat, sudah ada
ledakan bom dengan korban meninggal dunia.
"Bapak, jika Bapak naik tank, maka dunia akan sepakat bahwa Afghanistan memang mengerikan. Tapi, jika Bapak naik kendaraan biasa, maka itu
adalah pesan perdamaian yang sangat baik bagi dunia. Bahwa Afghanistan juga
aman dan siap untuk menyambut perdamaian," utusan itu kembali menyampaikan
pesan ke Jokowi.
Utusan itu cukup berhasil meyakinkan
Jokowi.
Walau sempat berpikir-pikir, Jokowi
akhirnya menuruti keinginan dari utusan itu.
Menggunakan kendaraan dari Bandara
Hamid Karzai ke Istana Kepresidenan tanpa kendaraan pelindung.
"Bahkan saya juga memutuskan
untuk tidak mengenakan rompi anti peluru," kata Jokowi.
Keputusan Jokowi itu diambil di tengah
keadaan yang diakuinya tidak aman.
Di bandara pun, jelas
Jokowi, bisa saja menjadi tidak aman.
Karena dikelilingi oleh perbukitan.
"Bayangkan jika ada yang menembak
dari arah perbukitan itu," kata Jokowi.
Tetapi keputusan itu diambilnya dengan
berani.
Apalagi utusan Afghanistan tersebut,
menurutnya, sudah menyampaikan pesan yang menyentuh hatinya.
"Saya datang dengan keberanian
dan niat baik," katanya.
Perjalanan iring-iringan ke Istana
Kepresidenan berjalan lancar.
Tidak ada aksi bom seperti yang
terjadi beberapa hari atau beberapa jam sebelum mendarat.
Hingga tiba di Istana Kepresidenan dan
berlanjut upacara kenegaraan.
Seperti diketahui, Presiden RI, Joko Widodo, menjadi Presiden RI kedua yang
menginjakkan kakinya di Afghanistan.
Setelah sebelumnya Presiden Soekarno
sempat ke negara tersebut tahun 1961.
Namun, setelah keputusan Presiden AS, Joe Biden, untuk menarik pasukannya di
Afghanistan, membuat situasi politik di negara itu berubah 180 derajat.
Kelompok Taliban kini telah menguasai
Kabul, Ibu Kota Afghanistan, termasuk Istana Kepresidenan.
Sementara ribuan masyarakat panik.
Berebut keluar negara itu.
Hingga nekat untuk menyerbu bandara
agar bisa diangkut.
Bahkan, dalam
video yang banyak beredar, terlihat beberapa korban sampai jatuh dari pesawat
karena nekat naik.
Sejauh ini, 20 orang dilaporkan tewas
terkait insiden di Bandara Kabul. [dhn]