WahanaNews.co | Organisasi pemuda lintas agama berkunjung ke Vatikan dalam rangka dimulainya kampanye Dokumen Abu Dhabi oleh kelompok ini.
Rombongan dipimpin oleh Ketum GP Ansor, Addin Jauharudin dan didampingi para ketum organisasi lain dan pengurus organisasinya.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Umumkan Daftar Kardinal 2024, Ada dari Indonesia
Mereka adalah Ketum Muhammadiyah Dzulfikar Ahmad Tawalla, Ketum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, Ketum Pemuda Kristen (GAMKI) Sahat MP Sinurat dan Ketum Pemuda Hindu (Paradah) I Gede Ariawan.
Ketum Pemuda Konghucu batal mengikuti kunjungan ini karena pada keberangkatan mengalami kedukaan.
Dalam kunjungan ini, rombongan didampingi oleh AM Putut Prabantoro dan Mayong Suryo Laksono dari Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI).
Baca Juga:
Paus Fransiskus Angkat Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM menjadi Kardinal Baru untuk Indonesia
Hadir pula dalam rombongan tersebut, Rm. Fadjar Tedjo Soekarno Pr, yang berasal dari Keuskupan Malang serta mitra GP Ansor.
Dokumen Abu Dhabi berisi tentang persaudaraan umat manusia yang ditandatangani oleh dua tokoh besar dunia yakni Imam Besar Al-Azhar, Syekh Ahmed At-Tayyeb dan Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019.
Setelah ke Vatikan, menurut Addin Jauharudin, rencananya, kunjungan akan dilanjutkan untuk menemui Imam Besar Al-Azhar, Syekh Ahmed At-Tayyeb di Mesir.
Addin juga menegaskan bahwa rombongan ini juga akan mengunjungi tokoh-tokoh agama dunia dan penerima nobel perdamaian.
Terkait dengan itu, Addin akan mengajak tokoh tokoh muda lintas agama sedunia bisa menjadi jembatan dan penggerak solidaritas kemanusiaan dan perdamaian global.
Dalam penjelasannya di Vatikan pada Selasa (20/8/2024), Addin Jauharudin mengakui bahwa kunjungan ke Vatikan itu merupakan inisiatifnya dan telah dikonsultasikan dengan para ketum organisasi pemuda lintas agama.
Rencana kunjungan itu kemudian direstui dan didukung oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo dan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Bunyamin.
Sementara itu para ketum organisasi kepemudaan lintas iman sepakat bahwa kunjungan ini merupakan langkah awal yang bersejarah yang dilandasi kesadaran bahwa pemuda Indonesia bergandengan tangan untuk mewujudkan perdamaian yang pertama di Indonesia dan kemudian ditindaklanjuti ke dunia.
Dan organisasi kepemudaan lintas ini sepakat memilih poin ketiga dari Dokumen Abu Dhabi sebagai fokus kampanye.
Poin ketiga Dokumen Abu Dhabi berbunyi, Keadilan Berdasarkan Belas Kasihan Adalah Jalan Yang Perlu Diikuti Untuk Mencapai Hidup Bernartabat Yang Menjadi Hak Setiap Manusia.
Dzulfikar Ahmad Tawalla mengungkapkan, upaya menegakan keadilan seiring dengan upaya membangun kesejahteraan sosial.
Dua hal ini juga sangat dibutuhkan oleh dunia global yang penuh gejolak, konflik sosial dan kemiskinan. Dirinya mendorong generasi muda di dunia, terlibat berpikir dan bekerja untuk menata semesta, menegakkan keadilan itu semua, membangun kemakmuran itu sesama.
“Sebagai umat Katolik dan warga Indonesia, menegaskan keKatolikan dan Ke-Indonesiaan kami secara murni (100%) dan paralel. Perjalanan ke Vatikan ini saya anggap sebagai perjalanan misi persaudaraan sejati. Organisasi pemuda lintas iman, mempertegas dan memperkuat nilai nilai perdamaian dan toleransi yang diajarkan dan dicontohkan oleh Bapa Suci Paus dan Imam Al Azhar. Ini simbol yang harus terus dirawat dan ditumbuhkembangkan di setiap nafas kehidupan oleh setiap insan,“ tegas Stefanus Asat Gusma.
Menurut, I Gede Ariawan, dalam Hindu ada ungkapan Vasudhaiva Kutumbakam "Dunia Adalah Satu Keluarga".
Gagasan ungkapan tersebut masih relevan hingga saat ini karena menekankan perspektif global, mengutamakan kesejahteraan kolektif di atas kepentingan individu atau keluarga.
Hal ini mendorong dirinya untuk memikirkan kesejahteraan orang lain, memupuk solidaritas dan tanggung jawab global, terutama dalam mengatasi isu-isu krusial seperti perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, perdamaian, dan toleransi terhadap perbedaan. Hiduplah dengan Murah Hati!
Bagi Sahat MP Sinurat, kunjungan organisasi kepemudaan Lintas Iman ke Vatikan adalah wujud dari komitmen pemuda Indonesia untuk merawat keberagaman dan menyuarakan perdamaian di tengah berbagai konflik yang sedang terjadi di berbagai negara.
Gagasan mediator positif yang selama ini digencarkan organisasinya, GAMKI, terwujud dalam perjalanan ini.
Bersolidaritas dengan saudara-saudara lintas iman menjadi bentuk pengejawantahan yang konkrit sesuai Dokumen Abu Dhabi. Harapan kami perjalanan iman ini akan terus berlanjut untuk merajut persaudaraan sesama serta mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia.
Restu ke Vatikan
Menurut Addin, dukungan dan restu dari Gereja Katolik Indonesia tersebut diterima saat dirinya bersilaturahmi kepada dua tokoh tersebut.
Dalam kunjungan silaturahmi kepada Kardinal Suharyo di Jakarta (24/7/2024) dan Mgr. Antonius Bunyamin di Bandung (26/7/2024), ia ditemani Putut Prabantoro dari PWKI.
Silaturahmi secara diam-diam ini dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir banyak pihak.
“Latar belakang kunjungan ke Vatikan itu terutama karena kunjungan kedua tokoh dunia penandatangan dokumen tersebut. Pada awal Juni 2024, Syekh Ahmed At-Tayyeb berkunjung ke Indonesia. Terkait dengan kunjungan itu, para pemuda lintas agama juga bersilaturahmi dengan Imam Besar Al-Alzar itu. Pada 3-6 September mendatang, Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia. Tentu hal ini memiliki makna yang istimewa dan saya tergerak untuk mengajak rekan-rekan organisasi lintas iman untuk berkampanye terkait isi Dokumen Abu Dhabi,“ jelas Addin lebih lanjut.
Bagi Ketum GP Ansor itu, isi dokumen Abu Dhabi itu sangat sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Selain itu, Dokumen Abu Dhabi tidak hanya sesuai untuk Indonesia tetapi seluruh dunia. Dan dokumen itu, Addin menjelaskan lebih dalam, sangat dibutuhkan untuk dunia yang sekarang terancam berbagai konflik antar negara, yang sebagian juga bersumber dari perbedaan agama.
Dalam konteks perdamaian dunia, Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan warga negaranya untuk mewujudkan perdamaian dunia. Jadi tidak ada alasan lain bagi warga negara Indonesia, untuk tidak mendukung segala upaya yang dimaksudkan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Konflik Rusia – Ukraina, Israel-Palestina, Timur Tengah, Afrika perlu keterlibatan Indonesia,“ ujarnya.
Namun bersamaan dengan turut serta secara aktif dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia, Addin juga mengingatkan satu hal.
Yakni, masyarakat Indonesia perlu memastikan terwujudnya perdamaian lintas agama di Indonesia.
Alasannya adalah, konflik horisontal di Indonesia sering dipicu oleh konflik yang berbau agama.
[Redaktur: Zahara Sitio]