WahanaNews.co | Lembaga survei Indo Riset merilis hasil survei jelang Pilpres 2024.
Terdapat kritik dari politikus PDIP Ono Surono dan juga politikus Gerindra Rahayu Saraswati terkait survei ini.
Baca Juga:
Usulan Polri di Bawah Struktur Kemendagri Ditolak Tito Karnavian
Ada apa?
Salah satu penelitian dalam survei ini yakni berkaitan dengan pencalonan Ganjar Pranowo.
Survei Indo Riset melempar pertanyaan kepada responden, yaitu 'Bila PDIP tidak mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, apakah Bapak/Ibu akan tetap memilih PDIP?'.
Baca Juga:
PDIP Bantah Alwin Jabarti Kiemas Keponakan Megawati
Jawaban responden Indo Riset ialah:
- Tetap memilih PDIP: 51,5 persen
- Memilih partai lain yang mencalonkan Ganjar Pranowo: 44,0 persen
- tidak tahu/tidak jawab: 4,5 persen.
Kemudian dalam kategori pilihan tiga capres yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Pranowo Subianto, mayoritas pemilih PDIP dinyatakan memilih Ganjar dengan hasil 67,7 persen.
Survei ini dilakukan pada periode pengumpulan data 12-17 Desember 2022.
Sample dipilih secara acak menggunakan metode multi-stage random sampling dengan jumlah sample sebesar 1.120 yang dinyatakan tersebar secara proporsional di 34 provinsi serta margin of error (MoE) +/- 2,92% pada tingkat kepercayaan 95%.
Politikus PDIP, Ono Surono, awalnya mengapresiasi hasil survei Indo Riset.
Dia mengatakan PDIP menunggu pengumuman Ketua Umum Megawati Soekarnoputri terkait capres yang akan diusung.
Ono kemudian menyoroti perihal hasil pemilih yang memilih PDIP akan memilih Ganjar Pranowo.
"Ada hal menarik terkait dengan pemilih PDIP akan memilih Ganjar 67,7 persen berarti sangat konsisten mendukung Ganjar. Tapi di sisi lain pada saat Ganjar tidak dicalonkan PDIP, hampir imbang dong, pemilih PDIP yang akan tidak memilih PDIP, dan pemilih partai lain yang akan mengusung Ganjar," kata Ono dalam rilis survei Indo Riset yang disiarkan daring, Selasa (3/1/2023).
Ono pun mengkritik tidak adanya hasil survei yang mempertanyakan jika Ganjar tidak diusung siapapun.
Menurutnya, hal itu perlu ditanyakan jika ingin mendapatkan hasil pasti terkait pemilih PDIP.
"Hanya saja tidak ada survei saat Ganjar tidak dicalonkan partai manapun, apakah suara PDIP akan tetap mayoritas memilih PDIP? Nah ini kan berandai-andai, saya yakin Mas Ganjar, Mbak Puan, yang selama ini terjaring survei sangat bepegang teguh pada hasil kongres PDIP, di mana Ibu Ketum yang mempunyai hak prerogatif untuk menentukan siapa capres/cawapres ke depan," jelasnya.
Hal senada juga disampaikan politikus Rahayu Saraswati.
Menurutnya, tiga nama capres yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto, yang ada di rilis ini tidak relevan.
Rahayu meminta seluruh lembaga rilis mengeluarkan nama-nama lain dengan temuan yang baru.
"Kalau dari 3 nama yang kami lihat dari simulasi itu kan baru 3 nama yang diutak-atik, sedangkan kalau kita mau lihat secara menyeluruh itu diperlukan namanya semua yang masuk dalam bursa, semua yang masuk dalam radar partai masing-masing, dan itu namanya masih sangat banyak, dan saya juga melihat bahwa banyak nama yang belum dimasukkan dalam pertimbangan survei tadi. Jadi itu yang menurut saya kalau kita membaca survei tentunya harapannya survei dapat berikan gambaran mendalam dari perspektif yang belum dibahas sebelumnya," jelas Rahayu.
"Jadi persoalan tentang 3 calon ini saya rasa sudah tidak relevan sebenarnya, karena tentunya pembahasannya sudah jauh lebih kompleks dibanding 3 nama," imbuhnya.
Menurut Rahayu, setiap survei perlu gambaran mendalam.
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan ke responden juga, menurutnya, seharusnya diperdalam.
Sebab, jika beda kalimat dalam pertanyaan itu bisa juga berbeda jawabannya.
"Dan yang menarik disampaikan misalnya soal approval rating dari Pak Jokowi, itu data yang disampaikan beda dengan yang biasanya kami dapatkan, approval beliau itu biasanya paling tinggi misalnya dari menginginkan melanjutkan program dan kebijakan beliau, dan itu jadi pertanyaan menarik, apakah itu dijelaskan kebijakan apa yang dimaksud, contoh-contohnya apakah digunakan atau tidak, atau hanya simple as 'Mau melanjutkan program beliau atau tidak', nah itu kan perspektif orang bisa berbeda-beda," kata Rahayu.
Rahayu juga mengaku setuju dengan pandangan Ono Surono terkait pemilih PDIP dan Ganjar Pranowo.
Menurutnya, yang menentukan maju atau tidaknya seseorang bukan pribadi, tetapi partai.
"Memang menjadi pertanyaannya terbesar seperti tadi Mas Ono sampaikan, yang ditanyakan sangat one dimensional, semuanya berdasarkan kalau pak Ganjar yang maju, itukan yang memiliki keputusan bukan beliau, bukan masyarakat, tapi kepada PDIP maupun juga partai-partai yang lainnya, dan itu sangat tergantung juga, bahkan istilahnya kami pun dari Gerindra walaupun sudah mengakui pak Prabowo capres dengan koalisi PKB, tentunya masih harus menunggu dinamika yang masih terjadi saat ini dengan pencapresan dan pencawapresan istilahnya, yang masih jadi pertimbangan partai lain," pungkas Rahayu. [rgo]