WahanaNews.co | Pengamat ekonomi
UGM, Fahmi Radhi, menilai, laporan keuangan PLN yang anjlok di kuartal III tahun ini disebabkan oleh rugi
kurs. Namun, secara kondisi aktivitas penjualan, PLN sebenarnya membukukan keuntungan.
Ia
menjelaskan, kerugian kurs itu disebutunrealized loss--kerugian yang dicatat dalam laporan keuangan akibat adanya selisih kurs dari pinjaman jangka panjang yang
belum jatuh tempo. Pinjaman dalam mata uang asing harus dikonversi ke dalam
mata uang rupiah, sehingga memunculkan rugi selisih kurs lantaran fluktuasi
kurs rupiah.
Baca Juga:
Ratusan Ribu Masyarakat Menjadi Pelanggan PLN UP3 Cengkareng Per Februari 2024
"Kalau
kerugian kurs tidak dimasukkan dalam laporan keuangan, PLN sebenarnya tidak
mengalami kerugian, tetapi justru mencatat keuntungan bersih sebesar Rp 11,7 triliun," ujar Fahmi kepada wartawan, Kamis (29/10/2020).
Ia
menjelaskan, PLN sudah melakukan efisiensi yang dapat menurunkan total beban
usaha hingga 3,5 persen, dari Rp 231,6 pada September 2019 turun menjadi Rp 223,9.
Namun, lantaran beban usaha lebih besar daripada pendapatan, maka PLN
mencatatkan kerugian usaha sebelum subsidi dan kompensasi sebesar Rp 11,6
triliun. Sedangkan pada periode sama 2019 PLN meraup laba sebesar Rp 10,8
triliun.
Ia juga
menjelaskan, peningkatan pendapatan PLN sebesar 1,4 persen, dari Rp 209,2 pada 30 September 2019 naik menjadi Rp
212,3 triliun pada periode sama 2020. Peningkatan itu dipicu oleh kenaikan
penjualan listrik sebesar Rp 205,1 triliun, atau naik 1,2 persen dibandingkan periode sama tahun
lalu. Selain itu, ada kenaikkan pendapatan penyambungan pelanggan sebesar Rp
4,5 triliun dan pendapatan lain-lain sebesar Rp 0,9 triliun.
Baca Juga:
PLN Siagakan 81 Ribu Petugas Jaga Kelistrikan Andal Selama Ramadan dan Cuaca Ekstrem
Kenaikan
penjualan listrik itu didorong oleh peningkatan jumlah pelanggan sebanyak 3,4
juta, yakni dari
74,5 pelanggan pada 30 September 2019 naik menjadi sebanyak 77,9 pelanggan pada
periode sama 2020.
"Kenaikkan
jumlah pelanggan itu utamanya berasal dari sektor rumah tangga, industri
pertanian, dan UMKM," ujar Fahmi. [qnt]