WahanaNews.co | Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP) mendorong peran sentral pemerintah untuk memfasilitasi kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas.
Sekretaris Eksekutif UNESCAP Armida Salsiah Alisjahbahana kepada ANTARA mengatakan, kesempatan kerja untuk penyandang disabilitas sudah mulai meningkat di Asia Pasifik, meski masih menjadi pekerjaan rumah.
Baca Juga:
KPU Kubu Raya Mencatat 2.144 Penyandang Disabilitas Sebagai Pemilih Tetap Pilkada 2024
"Itu yang perlu didorong. Namun demikian yang tentu tidak dipungkiri peran sentral dari pemerintah, karena pemerintah ini yang bisa memberikan fasilitasi awal," ujar Armida.
Menurut Armida, situasi saat ini pada masa pemulihan dari pandemi Covid-19 masih terdapat tantangan seperti dampak perang Ukraina, stagflasi dan sebagainya.
Sehingga kesempatan kerja bagi masyarakat pada umumnya saja sudah sulit. Oleh karenanya, banyak negara yang mendorong kewirausahaan pada masyarakatnya.
Baca Juga:
Bawaslu Bantul Gandeng Masyarakat dan Penyandang Disabilitas Awasi Pemilihan 2024
Kemudian dengan kemajuan teknologi terkini, negara-negara Asia Pasifik tak terkecuali Indonesia mulai membuka kesempatan kerja yang bisa dikembangkan dari penggunaan berbagai aplikasi hingga penerapan digital ekonomi.
"Kesempatan seperti ini juga disadari bisa dikembangkan, bisa memberikan manfaat untuk kaum disabilitas," ujar Armida.
Armida menilai upaya pemerintah Indonesia dalam membuka kesempatan kerja penyandang disabilitas sudah cukup baik, terutama dalam pemanfaatan pusat-pusat rehabilitasi.
Pada program High-level Intergovernmental Meeting on the Final Review of the Implementation of the Asian and Pacific Decade of Disabled Persons (HLIGM-FRPD), atau tinjauan akhir implementasi dasawarsa penyandang disabilitas di Asia-Pasifik yang diselenggarakan di Jakarta, akan ada kunjungan ke Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Penyandang Disabilitas Inten Suweno di Kecamatan Cibonong, Bogor, Jawa Barat.
Di sana akan ditampilkan berbagai inovasi yang dirakit penyandang disabilitas untuk sesama, seperti tongkat adaptif tunanetra dengan sensor air, kursi roda dan sebagainya. Selain itu, balai tersebut difungsikan sebagai galeri UMKM dan tempat kewirausahaan penyandang disabilitas.
Armida menilai inovasi Kementerian Sosial di bawah kepemimpinan Menteri Sosial Tri Rismaharini tersebut sangat bagus dan kreatif.
Hal tersebut mengingatkannya pada upaya penyandang disabilitas dalam mendapatkan kesempatan kerja di sekitar lokasi kantor UNESCAP di Bangkok, Thailand.
"Kantor kami kan berlokasi di Thailand, di Bangkok, disitu juga ada cafe, bakery yang semua pekerja adalah teman-teman disabilitas, ada pabrik coklat pekerjanya teman-teman disabilitas. Sebenarnya sangat menarik oppoturnity (kesempatan) itu banyak yang bisa dikembangkan," ujar dia.
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sosial menghadirkan bentuk penguatan perlindungan sosial kepada penyandang disabilitas, yang tampak pada program ATENSI yang dijalankan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemensos di daerah melalui 31 Sentra Rehabilitasi Sosial yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pada umumnya, para penyandang disabilitas direhabilitasi di Sentra Rehabilitasi Sosial selama kurun waktu tertentu.
Sembari direhabilitasi, mereka juga diberikan intervensi program ATENSI dalam bentuk dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik.
Selanjutnya, terapi psikososial dan terapi mental spiritual, pelatihan vokasional dan/atau pembinaan kewirausahaan, hingga bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas.
Dalam prosesnya, mereka didampingi Pekerja Sosial di masing-masing Sentra Rehabilitasi Sosial, hingga siap dilepas kembali ke masyarakat.
Kementerian Sosial juga mendorong penyandang disabilitas untuk dapat hidup mandiri sehingga mereka bisa keluar dari garis kemiskinan, salah satunya dengan berwirausaha.
Kemensos juga mendirikan Sentra Kreasi ATENSI (SKA) di Sentra Rehabilitasi Sosial yang ada di seluruh Indonesia.
SKA merupakan wadah untuk melatih para penyandang disabilitas merasakan pengalaman menjadi pengusaha, dengan harapan, mereka bisa berwirausaha pasca rampung dari proses rehabilitasi. [JP]