WAHANANEWS.CO, Kuansing - Aksi penari cilik dalam tradisi Pacu Jalur di Kuansing, Riau, mendadak mencuri perhatian dunia. Bocah 11 tahun bernama Rayyan Arkan Dikha, atau yang kini viral dengan julukan "Aura Farming", menjadi ikon budaya yang mendunia lewat tarian spontan di atas perahu jalur yang sedang melaju di Sungai Kuantan.
Videonya tak hanya viral di Indonesia, tetapi juga ditiru hingga mancanegara, bahkan pesepakbola klub Paris Saint Germain (PSG) ikut menirunya.
Baca Juga:
Ditusuk Pakai Gunting, Notaris Bogor Dibuang ke Citarum Setelah Dicekik 15 Menit
Aksi Dika, sapaan akrab Rayyan, terekam di berbagai platform media sosial. Tampil lincah menari tanpa latihan formal, ia membuat banyak orang terpukau dengan keseimbangan dan ekspresi riangnya.
“Perasaan senang, kalau menari itu spontan saja,” ujar Dika dalam wawancara pada Senin (7/7/2025).
Dika mengaku tak pernah ikut latihan menari di sekolah. Bakatnya justru berasal dari latihan mendayung bersama sang ayah yang juga atlet Pacu Jalur di Kuansing, Riau.
Baca Juga:
Tangani HAM dan Pembangunan, Gibran Bisa Berkantor di Papua
Ia mengungkap bahwa untuk menjadi penari di atas jalur, kemampuan berenang adalah keharusan. Jalur yang licin, sempit, dan berada di atas sungai deras membuat tugas penari sangat berisiko.
“Sekolah tak pernah nari-nari. Ikut ayah aja latihan pacu jalur,” kata Dika. Awalnya, ia sering jatuh ke sungai, bahkan sempat harus diselamatkan sebelum sampai garis akhir.
Kini, gaya tarian Dika dikenal luas sebagai "Aura Farming". Istilah ini berasal dari gabungan kata “aura” yang berarti energi yang memancar dari seseorang dan “farming” atau bertani.
Dalam konteks budaya, istilah ini menjadi metafora bahwa anak-anak seperti Dika sedang menabur dan menuai aura positif dari tradisi lokal Kuansing, Riau.
Festival Pacu Jalur adalah warisan budaya yang telah mengakar dalam masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.
Tradisi ini melambangkan kebersamaan, kehormatan kampung, dan nilai spiritual masyarakat setempat. Puncak perayaan tahun ini akan digelar pada Agustus 2025 di Sungai Kuantan.
Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan yang hadir dalam CFD Pekanbaru juga sempat menirukan gaya tarian Dika.
Menurutnya, aura farming Pacu Jalur bukan sekadar atraksi, melainkan sarana edukasi dan pemersatu bangsa.
“Aura farming Pacu Jalur di CFD ini bukan hanya pertunjukan seni, tapi juga bentuk edukasi dan pemersatu masyarakat,” ujarnya.
Lebih dari itu, semangat pelestarian budaya ini membuktikan bahwa warisan Kuansing, Riau, tidak hanya hidup, tapi juga relevan dan layak dibanggakan di tengah arus modernisasi.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]