Tujuannya adalah agar anak-anak yang mempunyai bakat olahraga tersebut bisa terasah.
"Setelah saring dari pekan pelajar itu kita punya PPLP. Jadi anak-anaknya ditarik ke sekolah khusus yang memprioritaskan kesehariannya dalam olah raga. Sambil dia disetarakan pendidikan formalnya," katanya.
Baca Juga:
PLN Siapkan Skema Berlapis untuk Listrik Tanpa Padam di MotoGP Mandalika
Emil mencontohkan peraih perunggu angkat besi Olimpiade Tokyo, Windy Cantika.
“Dia lulusan PPLP kita. Jadi PPLP yang membuat akhirnya Windy ‘aku datang, aku lihat, aku menang’. Pertama kali Olimpiade, dia menang medali perunggu, sekarang pertama kali PON, dia menang medali emas, usianya masih 19 tahun. Jadi urutannya gitu," katanya.
Tak hanya kompetisi usia dini, kata dia, kompetisi olahraga melebarkan sayap ke beberapa event olahraga antar daerah, seperti Pekan Olahraga Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pekan Olahraga Pesantren, hingga Pekan Olahraga Daerah (Porda).
Baca Juga:
Tim Medis PON XX Papua Belum Terima Honor, DPR Papua Minta Audit
"Kemudian, kita melebarkan pekan olahraganya ke semua usia, ada pekan olahraga PNS, Pekan Olahraga Pesantren, ada PORDA," katanya.
Di sisi lain, kata dia, Jabar punya tradisi kuat olahraga ilmiah dengan kehadiran jurusan olahraga di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Ini menjadi modal utama mengembangkan olahraga secara ilmiah (sport science).