WahanaNews.co | Sebagai ajang olahraga internasional pertama di Indonesia yang diselenggarakan dalam ”gelembung” pada masa pandemi Covid-19, semua protokol kesehatan dipastikan berjalan dalam Festival Bulutangkis Indonesia.
Jika berjalan dengan baik, sistem ini akan menjadi contoh untuk kegiatan serupa di Indonesia saat pandemi.
Baca Juga:
Ditumbangkan Pasangan Thailand, Greysia/Apriyani Gagal ke Semi Final
Festival Bulutangkis Indonesia adalah penyelenggaraan tiga turnamen bulutangkis internasional yang digelar tiga pekan beruntun, yaitu Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 750 (16-21 November), SimInvest Indonesia Terbuka Super 1000 (23-28 November), dan Final BWF (1-5 Desember).
Dengan melibatkan peserta dan panitia internasional, turnamen bulu tangkis internasional pertama di Indonesia saat pandemi Covid-19 ini diselenggarakan di dalam area terbatas, ”gelembung” Westin Resort Nusa Dua, Bali.
Selain hotel untuk tempat menginap peserta, di kompleks ini terdapat pula Bali International Convention Center yang menjadi tempat pertandingan.
Baca Juga:
Tinggal 4 Wakil Merah Putih di 8 Besar
Terdapat tiga lapangan pertandingan yang telah dibangun di tempat ini.
Partisipan lain, wasit dan media peliput, ditempatkan di hotel lain karena keterbatasan kamar di Westin.
Akan tetapi, peraturan yang diterapkan sama, yaitu tidak boleh keluar ”gelembung”.
Perjalanan menuju tempat pertandingan pun hanya bisa dilakukan dengan kendaraan yang disediakan panitia.
Pengawasan juga dilakukan, salah satunya oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Tim BNPB telah berada di dalam gelembung sejak 7 November, tiga hari sebelum semua tim peserta diwajibkan berada di Westin.
”Kami memastikan ada prosedur standar operasi untuk mencegah penularan Covid-19 karena ajang ini melibatkan peserta internasional. Jadi, protokol pun sangat ketat,” ujar Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Nasional, Sonny Harry B Harmadi, ketika meninjau semua fasilitas di dalam gelembung, Sabtu (13/11/2021).
Prosedur dilakukan sejak peserta tiba di Jakarta.
Sebagian besar dari atlet, pelatih, dan ofisial tiba dari Eropa setelah mengikuti rangkaian turnamen sejak pekan terakhir September.
Tes PCR pertama dilakukan sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Bali.
Di dalam gelembung, sebelum dan selama turnamen, semua partisipan menjalani tes PCR setidaknya lima kali, yaitu pada 12, 15, 22, 30 November, dan sebelum pulang ke negara masing-masing.
Selain itu, mereka yang akan memasuki lapangan saat turnamen, seperti atlet, pelatih, wasit, dan juru kamera, harus menjalani tes antigen setiap hari.
Penjagaan untuk semua penghuni gelembung agar tidak melanggar peraturan dilakukan di berbagai lokasi, seperti di sekitar hotel, tempat latihan, kolam renang, hingga pantai yang masuk dalam wilayah hotel yang dibuka sejak Sabtu.
Orang-orang di dalam gelembung selalu diingatkan untuk mengenakan masker.
”Sebelum semua prosedur ini dijalankan, kami melakukan simulasi. Kami berusaha meminimalkan interaksi di antara setiap orang di dalam gelembung,” kata Sonny.
Jika ditemukan kasus positif selama penyelenggaraan turnamen, mereka yang terinfeksi akan dikarantina di hotel jika bergejala ringan.
Adapun orang terinfeksi dengan gejala berat akan dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
”Jika semua prosedur di sini berhasil dijalankan, ini bisa menjadi contoh untuk kegiatan lain di Indonesia,” kata Sonny. [dhn]