WahanaNews.co | Sejak 2017, ada 10 tim berada di grid F1.
Seiring dengan peningkatan pamor olahraga itu plus pergeseran pandangan ke teknologi karbon netral, membuat pabrikan maupun tim tertarik mencoba mengadu peruntungan.
Baca Juga:
Pembalap Lewis Hamilton Nantikan Pembaruan Mercedes di Formula 1 Musim 2024
Beberapa hari terakhir, mantan pembalap F1 Mario Andretti mengumumkan bahwa putranya, Michael, sudah menghubungi Federasi Otomotif Internasional (FIA) karena ingin punya tim dalam ajang tersebut.
Langkah itu diambil setelah upaya mengakuisisi Sauber, yang terafiliasi dengan Alfa Romeo, gagal.
Oleh karena itu, Andretti bertekad membangun tim sendiri yang rencananya akan turun di trek pada 2024.
Baca Juga:
5 Fakta Menarik Formula 1 Musim 2023
Tentu saja tidak mudah karena butuh “uang pendaftaran” hingga 200 juta dolar AS (sekitar Rp 2,8 triliun).
Dana itu untuk kompensasi jika skuad yang berlaga musim sebelumnya mengalami kerugian.
Keseriusan tersebut menimbulkan beragam reaksi dari tim-tim yang eksis saat ini.
Pastinya, ada yang tidak mau kehilangan kue pendapatan dari komersial.
Salah satunya adalah Toto Wolff.
Bos Mercedes itu mengingatkan tentang nilai tambah yang harus diberikan peserta baru.
Ia menegaskan tak cukup hanya mengeluarkan 200 juta dolar.
Sebuah tim F1 setidaknya perlu menyiapkan 1 miliar dolar.
“Andretti adalah sebuah nama besar, pastinya, mengingat betapa penting dia dalam pasar Amerika. Tapi, setiap tim yang ingin masuk ke Formula 1 harus membawa nilai tambah,” katanya.
“Bukan hanya soal membayar 200 juta dolar, tapi juga menunjukkan dapat membawa sesuatu lebih untuk kepentingan semuanya, hanya dengan seperti itu, kami berkembang. Kami adalah puncak mutlak, kami bisa digolongkan seperti Liga Champions atau NFL, dan kami tidak bisa berpikir memberikan franchise tanpa melakukan verifikasi semua hal,” tambahnya.
“Ini bukan soal 200 juta dolar, karena untuk masuk ke klub ini harus memiliki setidaknya satu miliar dolar,” tandasnya.
Jika Wolff bersikap tegas, prinsipal Red Bull Racing, Christian Horner, menunjukkan penolakan samar.
“Sangat positif ketika ada ketertarikan besar untuk masuk ke Formula 1. Nama Andretti pastinya sangat penting,” ucapnya.
“Tapi, ada kriteria yang harus dihormati dalam Concorde Agreement, dan kesepakatannya cenderung melindungi 10 tim yang ada sekarang. Jadi sesuatu yang akan perlu dianalisis dengan sangat hati-hati,” sambungnya.
CEO Alpine, Laurent Rossi, tak menghalangi jika ada tim baru yang mau berkompetisi di Formula 1.
Dari kacamata bisnis itu justru menguntungkan karena bisa saja mereka menjadi klien untuk mesin baru.
Prinsipal McLaren, Andrea Seidl, membuka pintu lebar-lebar untuk pesaing baru.
“Dari sisi kami, kami menyambut rencana Andretti. Sebuah nama besar yang membantu kami mengembangkan olahraga kami lebih jauh di Amerika Serikat, melibatkan lebih banyak pembalap muda dan secara umum ketertarikan besar,” katanya.
Namun, tidak banyak tim bisa jadi pendatang baru.
Ada ketentuan maksimal 24 kendaraan di lintasan atau 12 skuad saja.
Agar tidak berlebihan, maka perlu ada persyaratan jelas dan tidak bisa ditawar.
“Pada titik ini, harus jelas di mana cara satu-satunya untuk masuk ke Formula 1 hanya dengan mengakuisisi tim yang sudah ada. Ini menjadi faktor yang mendukung nilai waralaba,” tuturnya. [gun]