WahanaNews.co | Piala Dunia 2022 Qatar disebut sebagai salah satu perhelatan yang diiringi dengan sejumlah isu politik mulai dari pelanggaran HAM, Diskriminasi, hingga LGBTQ+.
Dari sejumlah isu tersebut, LGBTQ+ menjadi yang paling disorot. Mengingat, Qatar memiliki aturan negara yang konservatif sehingga memiliki aturan yang sangat keras dan mengikat terhadap wanita dan komunitas LGBTQ+.
Baca Juga:
368 Tenaga Kesehatan Disiagakan di Arena Piala Dunia U-17
Persoalan ini sampai membuat FIFA menetapkan larangan kepada seluruh tim, terutama dari Eropa, menggunakan ban kapten (armband) One Love selama perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar. Pasalnya, gerakan tersebut identik dengan dukungan terhadap gerakan LGBTQ+.
Induk federasi sepakbola dunia itu bahkan menyatakan bakal memberi kartu kuning bagi tim yang melanggar aturan tersebut. Bahkan, sebelum pertandingan dimulai.
Tapi, tetap saja ada yang membandel dengan tetap menggunakan armband One Love tersebut. Pasalnya, hanya tim yang terikat dengan aturan FIFA, sementara tidak untuk para tamu kehormatan seperti dikutip Marca.
Baca Juga:
Buffon Kembali ke Timnas Italia Setelah Nyatakan Pensiun
Hal itulah yang dimanfaatkan oleh Jerman dan Belgia. Mereka tetap mengenakan armband tersebut tapi diwakili oleh para menteri negara yang datang ke stadion.
Seperti Menteri Luar Negeri Belgia, Hadja Lahbib. Dia bahkan dengan santai duduk di samping Presiden FIFA Gianni Infantino sembari memasang armband tersebut di lengan kirinya.
Infantino pun tak terlihat melakukan pelarangan dan terkesan biasa saja melihat hal tersebut.
Pun, dengan Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser. Dia juga mengenakan armband One Love saat menyaksikan laga Jerman sembari duduk tepat di samping Infantino.
Keputusan ini memang tak menyenangkan untuk beberapa tim. Dan protes paling kentara ditunjukkan oleh Timnas Jerman dengan cara menutup mulut mereka saat sesi foto sebelum pertandingan. [rds]