WahanaNews.co | Panglima Kodam IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, resmi dilantik sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) periode 2021-2026 di Padepokan Judo Indonesia, Ciloto, Jawa Barat, Selasa (30/11/2021).
Dalam masa baktinya, menantu Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, ini menargetkan judoka Indonesia kembali berlaga di Olimpiade setelah vakum meloloskan wakilnya sejak Olimpiade Rio 2016 hingga Olimpiade Tokyo 2020.
Baca Juga:
Drama Olimpiade: Angela Carini Tumbang dalam 46 Detik, Imane Khelif Terjerat Kontroversi Gender
”Saya bertekad bisa membawa judoka Indonesia lolos ke Olimpiade Paris 2024. Sebab, kita sudah cukup lama tidak mengirim wakil ke Olimpiade setelah terakhir kali Putu Wiradamungga di Olimpiade London 2012. Padahal, sebelumnya, kita rutin mengirim wakil ke Olimpiade, yakni sejak Krisna Bayu di Atlanta 1996, Krisna dan Aprilia Marzuki di Sydney 2000, dan Krisna di Athena 2004,” ujar Maruli, seusai pelantikannya.
Untuk mencapai targetnya, Maruli mengatakan, dirinya akan menggerakkan lagi turnamen-turnamen berskala nasional demi menjaring bibit judoka terbaik.
Dalam waktu dekat, PJSI bakal menggelar Piala Wismoyo, Piala Kartika, dan Piala Kapolri yang turut menjadi ajang seleksi atlet ke pelatnas.
Baca Juga:
Disematkan Oleh Pangkostrad Maruli Simanjuntak, Kapolri Terima Sabuk Hitam Judo
PJSI menerapkan sistem pemusatan latihan tersentralisasi yang berjenjang atau berlapis mulai dari tingkat remaja (usia di bawah 16 tahun), yunior (16-19 tahun), dan senior dengan mengaktifkan lagi Padepokan Judo Indonesia.
Mereka pun mulai menjajaki kerja sama untuk mengembangkan kapasitas atlet ataupun pelatih dengan Federasi Judo Jepang dan Korea Selatan.
Mereka berencana mendatangkan pelatih terbaik dari kedua negara tersebut.
Kami ingin fokus dengan pembinaan jangka panjang agar judoka tak sebatas lolos ke Paris 2024 melainkan ke Olimpiade berikut-berikutnya, seperti Los Angeles 2028 dan Brisbane 2032.
”Kami ingin fokus dengan pembinaan jangka panjang agar judoka tak sebatas lolos ke Paris 2024 melainkan ke Olimpiade berikut-berikutnya, seperti Los Angeles 2028 dan Brisbane 2032. Program ini sejalan dengan misi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang fokus mengejar prestasi di level Olimpiade. Tahun ini, PJSI belum masuk sebagai cabang olahraga prioritas nasional (ada 14 cabang prioritas) dalam DBON, tetapi dengan sejumlah program itu semoga nanti bisa menjadi salah satu cabang prioritas nasional,” terang Maruli.
Adapun pelatnas judo dimulai pada Februari 2021, tetapi sempat terhenti karena Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 sebelum dilanjutkan pada November ini.
Ada 22 atlet yang dipanggil ke pelatnas.
Mereka terdiri dari 11 putri (kelas minus 48 kilogram/kg, -52 kg, -57 kg, -63 kg, -70 kg, -78 kg, dan plus 78 kg) dan 11 putra (-60 kg, -66 kg, -73 kg, -81 kg, -90 kg, -100 kg, dan +100).
Dua atlet punya potensi untuk lolos kualifikasi Olimpiade 2024 yang dimulai tahun depan, yakni judoka putri Irene Amarensi Patipene di kelas -63 kg dan I Gede Agastya Darma Wardana yang meraih emas kelas +100 kg SEA Games Filipina 2019.
Mulai dari Asia
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Marciano Norman, menuturkan, judo adalah salah satu cabang penting karena rutin dipertandingkan dalam Olimpiade.
Hanya saja, prestasi Indonesia masih sebatas Asia Tenggara atau SEA Games, seperti terakhir meraih empat emas, dua perak, dan empat perunggu, atau berada di bawah Thailand yang menjadi juara umum judo di SEA Games 2019.
Kini, Marciano berharap Maruli bisa mengantarkan judo Indonesia naik tingkat, setidaknya konsisten berprestasi di level Asia sebelum ke level dunia.
Apalagi, hal itu telah menjadi tuntutan setiap cabang nasional seperti terkandung dalam DBON.
”Besar harapan kami di bawah kepemimpinan Jenderal Maruli judo Indonesia semakin berprestasi di pentas internasional. Jenderal Maruli diharapkan bisa mendorong pengurus provinsi bisa lebih aktif dalam membina atlet-atletnya, mencari bibit atlet baru, dan meningkatkan standar pelatih,” ungkap Marciano.
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, mengutarakan, pihaknya menaruh perhatian besar untuk judo Indonesia.
Karena itu, pada 26-28 November, Okto menghadiri Grand Slam Judo 2021 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dan bertemu dengan Presiden Federasi Judo Internasional (IJF), Marius Vizer, dan Presiden Federasi Judo Asia (AJF), Obaid Al-Anzi.
Itu bagian diplomasi dengan IJF.
Sebab, sebelumnya, KOI sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MOU) dengan IJF.
Melalui KOI, IJF memberikan beasiswa kepada empat judoka nasional melakukan latihan ke Eropa dan Asia.
Kerja sama itu tak sekadar untuk atlet melainkan juga bagi pelatih, wasit, serta turnamen-turnamen internasional memungkinkan diadakan di Indonesia.
”Kami melihat judo merupakan cabang Olimpiade sehingga kami sangat berkepentingan untuk meningkatkan prestasi judo dan mendorong PJSI ikut berpartisipasi di tata kelola judo Asia ataupun dunia. Semoga itu memberi kesempatan kepada judo Indonesia lebih maksimal dalam melakukan peningkatan prestasi di tingkat internasional,” kata Okto.
Menpora Zainudin Amali mengatakan, judo memang belum masuk dalam 14 cabang prioritas nasional.
Akan tetapi berkesempatan masuk kalau bisa menunjukkan dan konsisten berprestasi di tingkat dunia.
”Sebab, kami menerapkan sistem promosi dan degradasi. Cabang yang tidak memiliki progres prestasi sesuai harapan bisa dikeluarkan dari daftar cabang prioritas nasional. Dan, sebaliknya, cabang yang bisa membuktikan konsisten berprestasi sesuai dengan harapan bisa masuk dalam daftar tersebut,” pungkasnya. [qnt]