WahanaNews.co | Roberto Baggio bersama Timnas Italia di Piala Dunia 1994 pernah mendapatkan momen yang cukup buruk.
Pasalnya, Timnas Italia yang didominasi pemain-pemain top dunia ini harus kandas di partai final kontra Brasil.
Baca Juga:
Aksi Brutal Uruguay di Piala Dunia 2022 Sebabkan 4 Bintangnya Dihukum FIFA
Salah satu pemain yang selalu memberikan penyelamatan kepada Italia sepanjang beberapa pertandingan di Piala Dunia 1994 itu telah gagal mengeksekusi penalti.
Roberto Baggio, yang kala itu masih berkostum Juventus, tidak akan pernah melupakan kenangan buruk Piala Dunia di USA alias Amerika Serikat tersebut.
Rose Bowl Stadium seolah menjadi saksi bisu kegagalan Roberto Baggio bersama Timnas Italia di Piala Dunia 1994.
Baca Juga:
Kembali Buat Kontroversi, Wasit yang Disemprot Messi Ingin Pensiun
Jika ada satu tragedi yang sulit dilupakan oleh para penggemar Timnas Italia di Piala Dunia, maka Piala Dunia 1994 adalah jawabannya.
Di Piala Dunia 1994 yang berlangsung di Amerika Serikat tersebut, Timnas Italia tergabung di dalam Grup E.
Di Grup E, Timnas Italia bertemu Meksiko, Republik Irlandia, dan Norwegia.
Datang ke Amerika Serikat dengan generasi terbaik mereka pada periode tersebut, Italia justru tampil biasa-biasa di fase grup.
Diperkuat pemain-pemain hebat seperti Gianluca Vialli, Franco Baresi, Gianluigi Lentini, Beppe Signori, hingga Roberto Donadoni, Italia hanya lolos sebagai runner-up.
Gli Azzurri asuhan Arrigo Sacchi sempat kalah 0-1 dari Republik Irlandia pada laga perdana, lalu menang tipis 1-0 atas Norwegia, dan imbang 1-1 kontra Meksiko di laga terakhir.
Di babak 16 besar Piala Dunia 1994, Italia berhadapan dengan Nigeria.
Nasib Italia sempat berada di ujung tanduk setelah Emmanuel Amunike membuka skor bagi Nigeria.
Mereka juga harus kehilangan satu pemain pada menit ke-75 saat pemain pengganti, Gianfranco Zola, mendapat kartu merah langsung.
Kalah jumlah pemain, Italia berhasil memaksakan laga berjalan ke babak tambahan berkat gol Roberto Baggio pada menit ke-88.
Roberto Baggio lantas muncul sebagai “dewa penyelamat” Italia berkat gol keduanya yang lahir dari penalti pada menit ke-102.
Penalti diberikan setelah Antonio Benarrivo dijatuhkan di kotak terlarang.
Dari sinilah Roberto Baggio mulai menunjukkan kebintangannya di Piala Dunia 1994.
Baggio pun menjadi jimat keberuntungan Gli Azzurri pada laga-laga selanjutnya di Piala Dunia yang berlangsung di Negeri Paman Sam tersebut.
Saat Italia berjumpa Spanyol di babak perempat final, Baggio kembali mencetak gol penentu kemenangan di menit-menit krusial.
Italia sempat unggul lebih dulu pada menit ke-25 melalui Dino Baggio usai menuntaskan umpan Roberto Donadoni.
Spanyol menyamakan kedudukan menjadi 1-1 berkat gol dari Jose Luis Caminero pada menit ke-58.
Tiga menit sebelum laga bubaran, Baggio sukses menaklukkan kiper Spanyol, Andoni Zubizarreta, dengan mengubah kedudukan menjadi 2-1 bagi keunggulan Italia.
Lepas dari hadangan Spanyol, skuad arahan Arrigo Sacchi ditantang Bulgaria yang diperkuat topscorer di Piala Dunia 1994, Hristo Stoichkov.
Italia justru berhasil unggul 2-0 atas Bulgaria sebelum pertandingan masuk setengah jam.
Brace yang dicetak oleh Baggio pada menit ke-20 dan 25 berhasil membawa Italia unggul dua gol tanpa balas atas Bulgaria.
Bulgaria sendiri hanya bisa membalas satu gol melalui Hristo Stoichkov pada menit ke-44.
Laga pun akhirnya dimenangkan oleh Italia dengan skor 2-1 dan membuat mereka berhak tampil di final Piala Dunia edisi 1994.
Jelang final Piala Dunia 1994, tanda-tanda Italia bakal antiklimaks mulai sudah tampak.
Penyerang Juventus tersebut sempat cedera kala melawan Bulgaria meski tidak parah.
Nyaris terancam absen di partai final, Baggio akhirnya tetap turun menghadapi Brasil.
Di partai puncak yang berlangsung di Rose Bowl Stadium pada 17 Juli 1994, Italia dan Brasil bermain 0-0 di waktu normal.
Italia dan Brasil tetap bermain dengan skor kacamata di dua waktu tambahan hingga laga harus ditentukan melalui adu penalti.
Rose Bowl Stadium bakal selalu diingat menjadi saksi bisu dimana Baggio gagal menjadi eksekutor penalti Italia.
Baggio menjadi salah satu penendang yang gagal bagi Italia di babak tos-tosan usai Franco Baresi dan Daniele Massaro yang tidak tuntas menunaikan tugasnya.
Padahal, kala berseragam Juventus, Baggio dikenal sebagai salah satu eksekutor bola mati yang handal.
Di Liga Italia musim 1993-1994, dirinya bahkan sukses menelurkan 17 gol.
Maju sebagai penendang terakhir, Baggio gagal menuntaskan tugasnya setelah sepakannya dari jarak 12 meter melambung tinggi di sisi kanan gawang Brasil.
Padahal, posisi penjaga gawang Brasil, Claudio Taffarel, sudah salah.
Itu menjadi penalti terburuk yang pernah dieksekusi oleh Baggio dan membuat Italia takluk 2-3 dari Brasil di babak penalti.
Kegagalan tersebut terus menghantui Baggio sepanjang kariernya.
"Itu adalah luka yang tidak pernah menutup," kata Baggio, dikutip dari laman resmi FIFA.
"Saya telah bermimpi bermain di final Piala Dunia sejak saya masih kecil, tetapi saya tidak pernah berpikir itu bisa berakhir seperti itu."
"Sampai hari ini, saya masih belum benar-benar menerima bahwa itu terjadi."
"Itu menghantui saya," tutur Baggio. [gun]