WahanaNews.co | Mengandalkan pukulan jab lurus tangan kiri ke arah perut lawan dan kesabaran menunggu celah mendaratkan hook keras tangan kanan, Daud Yordan akhirnya berhasil meruntuhkan kegigihan lawan di pertandingan terbarunya, Jumat (19/11/2021), di Pattaya, Thailand.
Dengan kemenangan TKO (technical knocked out) melawan sang penantang, Rachata Khaophimai (18 tahun), kini Daud menghimpun tiga sabuk gelar juara dunia.
Baca Juga:
Hadapi Petinju Asal Thailand, Ini Reputasi Mengerikan Daud Yordan
Kemenangan terbarunya menempatkan Daud “Cino” Yordan sebagai juara WBC Asian Boxing Council Silver kelas ringan super 63,5 kilogram.
Meskipun petinju muda, Rachata mempunyai peringkat di atas Daud Yordan pada versi WBC Asian Boxing Counsil.
Melihat pertandingan Daud melawan Rachata mungkin menimbulkan kesan agak “tidak seimbang”, baik dari segi tampilan fisik (Daud terlihat lebih berotot), maupun segi kematangan (Daud berusia 34 tahun).
Baca Juga:
Rekor Mengerikan Daud Yordan Jika Lawan Petinju Thailand
Sepanjang pertandingan 5 ronde, terlihat Daud terus menekan Rachata hingga ke sudut ring, meskipun petinju Thailand ini mencoba tetap terlihat ulet dan kokoh khas petinju Thailand.
Ronde demi ronde berlangsung cukup “bersih” dengan tak banyak terjadi rangkulan (clinch) maupun gerakan-gerakan tak sedap dipandang seperti menunduk terlalu dalam, atau meninju bagian belakang kepala saat lawan menunduk.
Ketahanan tubuh Rachata yang terus bertukar pukulan dengan Daud akhirnya terkuras saat satu hook keras kanan mendarat di kepala bagian kirinya.
Rachata terhuyung, dan wasit dengan sigap segera menghalanginya demi melindungi dari serangan pukulan Daud Yordan.
Meski sudah berlangsung 5 ronde, sulit dimungkiri kesan bahwa Daud Yordan belum menggunakan seluruh kemampuannya secara maksimal.
Sepanjang pertandingan, misalnya, wajah Daud seringkali tak dilindungi secara rapat dengan glove atau sarung tinju.
Tangan Daud malah terkesan agak “rileks” dengan melancarkan pukulan hook kiri panjang yang sering diarahkan ke bagian bawah dada Rachata sebagai umpan membuka celah pukulan.
Melawan Pavel Malikov
Namun melihat kehebatan teknik tinju Daud Yordan akan lebih nyata dalam pertandingan melawan petinju Rusia, Pavel Malikov, 23 April 2018.
Di pertandingan itu, sosok Malikov tampak sangat percaya diri di awal pertandingan, dengan tubuh lebih berotot dan dukungan penonton tuan rumah yang memenuhi bangku penonton.
Sejak awal pertandingan, pertandingan memperebutkan sabuk juara WBO interkontinental kelas ringan itu terlihat sangat ketat.
Kedua petinju tak menahan-nahan saling pukul dengan gaya Malikov lebih seperti slugger, yaitu gaya agresif dengan tak henti melancarkan serangan pukulan bertubi-tubi.
Sedangkan Daud Yordan cenderung lebih mengambil jarak sambil terus menekan dengan gaya boxer-puncher, yaitu bertarung jarak dekat mengombinasikan teknik pukulan dan kekuatan.
Di ronde kedua, pelipis kiri Daud Yordan sudah sobek cukup lebar hingga darah mengucur dan wajahnya berlepotan bercak darah.
Hal itu agaknya menaikkan adrenalin Pavel Malikov yang demikian bernafsu mengalahkan Daud dengan mendaratkan kombinasi jab tangan kiri dan hook tangan kanan.
Namun determinasi Daud Yordan yang selalu membalas pukulan keras dengan pukulan beruntun yang keras pula agaknya membuat Pavel kehilangan kontrol emosi.
Akibatnya, Pavel menggunakan taktik terlarang, bertarung dengan menunduk terlalu rendah, dan pada saat gerakan clinch (memeluk lawan) di ronde ke-6, Pavel membanting Daud Yordan hingga terlentang di kanvas.
Daya tahan atas pukulan bertubi-tubi dimiliki Daud Yordan akhirnya terbukti berbalik menjadi bumerang bagi Malikov di ronde ke-8.
Keagresifan melancarkan pukulan dengan jab kiri dan hook kanan akhirnya justru membuka celah terbuka di bagian sebelah kiri pinggang Malikov.
Satu hook keras dari Daud Yordan menerpa keras bagian itu ditambah “bonus” jab kiri ke bagian wajah.
Hasil setelahnya adalah sejarah.
Tak disangka bahwa Pavel yang semula masih terlihat garang itu terhuyung roboh kesakitan memegang bagian sebelah kiri badan.
Dia tidak sanggup bangun lagi hingga berakhir digotong tandu oleh tim medis keluar arena.
Keriuhan penonton di Ekaterinburg, Rusia, berbalik menjadi pandangan kosong tak percaya jagoan mereka yang demikian kokoh dan bertabur tattoo itu mengerang kesakitan dihajar petinju Indonesia yang “kelihatannya” lebih kerempeng dan kurang berotot.
Di tengah situasi bingung dan kekecewaan para penonton Rusia, Daud melongok Pavel yang masih dikerubungi tim medis, berjongkok merendah dan memeluknya erat.
Tindakan yang tak disangka-sangka ini pun segera mengundang tepuk tangan riuh dari penonton, dan menyelamatkan wajah “kemanusiaan” pertandingan tinju saat itu yang berlumuran darah dalam arti sebenarnya.
Tiga Gelar
Daud “Cino” Yordan merupakan anak dari Hermanus Lay Tjun dan Nathalia.
Ayah Daud Yordan merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia.
Perjalanan Daud yang berasal dari Ketapang, Kalimantan Barat, untuk menjadi juara dunia sangat panjang.
Sebelumnya, dia adalah petinju amatir nasional seperti sang kakak, Damianus Yordan, yang membentuk dan melatih Daud Yordan di awal masa tinju profesional.
Kariernya bermula dari kemenangan TKO pada ronde pertama dari enam ronde laga yang direncanakan, atas Anshori Anhar Pitulay, 25 Agustus 2005.
Itulah pertarungan resmi pertama Daud di pentas tinju profesional.
Daud Yordan juga pernah menjadi juara dunia tinju kelas bulu versi Organisasi Tinju Internasional.
Untuk merebut gelar juara dunia kelas bulu IBO yang kosong, di Marina Bay Sands, Singapura, ia harus menghadapi salah satu raja knock out (KO) asal Filipina, Lorenzo G Villanueva.
Daud kembali eksis di persaingan tinju Asia ataupun dunia walau usianya kini sudah 34 tahun.
Daud merealisasikan targetnya, yaitu menang sebelum ronde ke-10.
Rekornya jadi kian tajam, yakni 41 menang (28 KO), 4 kalah, dan 1 dianggap batal dari total 46 laga.
Pencapaian itu membuat Daud memegang tiga sabuk juara, yakni gelar juara kelas ringan super WBC (Dewan Tinju Dunia) Asia dan kelas ringan super IBA (Asosiasi Tinju Internasional) serta WBA (Asosiasi Tinju Dunia).
Di berbagai pemberitaan media, Daud Yordan sering menyatakan mengagumi petinju juara dunia legendaris dari Filipina, Manny Pacquiao, yang pensiun di saat masih jaya dari tinju dan terjun ke dunia politik Filipina.
Dalam pertandingan melawan Rachata kemarin lusa, Daud membawa tagar #DY2024 yang tertulis di celana, ikat kepala, bahkan punggung.
DY jelas adalah singkatan dari namanya, Daud Yordan, dan 2024, adalah idiom untuk ajang politik pemilu serentak 2024.
Konon, Daud menyatakan minat untuk maju ke politik nasional menjadi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Kalimantan Barat.
Semoga transformasi dari atlet profesional yang berjasa menjadi politisi, mendapatkan jalan mulus, tak kalah dari politisi. [qnt]
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul “Merunut Kehebatan Juara Tinju Daud ‘Cino’ Yordan”. Klik untuk baca: Merunut Kehebatan Juara Tinju Daud “Cino” Yordan - Kompas.id.