WahanaNews.co | Negara Thailand tercatat telah menjadi juara Piala AFF sebanyak 7 kali. Kesuksesan tim Gajah Perang dapat dilihat dari tiga faktor, yakni kompetisi, pembinaan dan infrastuktur. Ketiga faktor tersebut menempati posisi yang sama sebagai prioritas utama sebagai jalan sukses.
Pada akhir dekade abad ke-20, sepak bola (liga) Thailand belum semenonjol sekarang. Kiatisuk Senamuang dan Therdsak Chaiman misalnya, harus berkarier di Malaysia dan Singapura untuk mengembangkan karier.
Baca Juga:
4 Catatan Menarik Usai Thailand Juarai Piala AFF 2022
Pada dekade pertama abad milenium, legenda sepak bola Thailand lainnya seperti Sutee Sukomsit, Dusit Chalermsan, dan Totchtawan Sripan, juga berkiprah di Malaysia dan Singapura yang menjanjikan gaji tinggi.
Namun sejak 2007, ketika federasi sepak bola Thailand (FAT) memperkenalkan kompetisi nasional bertajuk Thai League 1, 2, 3, dan 4, negara-negara ASEAN bukan lagi tujuan pemain bintang Thailand.
Pemain Thailand diajak untuk membesarkan klub dengan mengambil jatah banyak di kompetisi AFC (Liga Champions dan AFC Cup). Pada saat yang sama bisnis sepak bola digarap dengan serius.
Baca Juga:
Disoraki Supporter Vietnam, Kapten Timnas Thailand Acungkan Jari Tengah ke Arah Penonton
Niatan FAT itu perlahan tapi pasti berbuah. Kini kompetisi sepak bola Thailand jadi yang terbaik di ASEAN. Empat wakil mereka dapat jatah tampil di Liga Champions sehingga AFC Cup ditinggalkan. Dua lolos langsung ke fase grup dan dua melalui jalur playoff.
Bintang-bintang ASEAN pun kini melirik Thailand sebagai pelabuhan. Kebijakan slot satu pemain ASEAN sejak musim 2018 membuat Thai League seperti kawah candradimuka sebelum menatap karier lebih tinggi.
Aung Thu (Myanmar), Curran Singh Ferns (Malaysia), Martin Steuble (Filipina), Ikhsan Fandi (Singapura), dan Dang Van Lam (Vietnam) adalah beberapa nama yang pernah juga masih berkiprah di Liga Thailand.