Sebagai negara monarki, jalannya organisasi FAT juga nyaris tanpa turbulensi. FAT bisa bersinergi baik dengan pemerintah. Program-program yang dirancang pada akhirnya bisa berjalan sesuai harapan.
Pembinaan sepak bola usia muda pun berjalan lancar. Thailand Amateur League yang dibagi dalam 12 regional menjadi sarana pembinaan. Akademi klub dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Baca Juga:
4 Catatan Menarik Usai Thailand Juarai Piala AFF 2022
Tidak seperti Elite Pro Academy dan Piala Soeratin di Indonesia yang berjalan dengan durasi pendek, kompetisi usia muda di Thailand berlangsung dengan durasi panjang.
Sepak bola amatir di Thailand yang mayoritas diisi pemain-pemain muda, berlangsung dengan durasi panjang. Setiap regional menjalankan kompetisi dengan sistem grup hingga babak final.
Para finalis ini lantas bertanding lagi pada fase nasional. Ini mirip dengan Piala Soeratin tetapi bukan sebuah kejuaraan. Thailand punya kejuaraan lain, yakni Khor Royal Cup dan Ngor Royal Cup.
Berbicara sepak bola usia muda Thailand sama juga artinya berbicara soal sepak bola sekolah. Kompetisi sepak bola antar sekolah, antar kampus, sangat masif di Thailand dari tahun ke tahun.
Baca Juga:
Disoraki Supporter Vietnam, Kapten Timnas Thailand Acungkan Jari Tengah ke Arah Penonton
Bahkan bisa dibilang atmosfer sepak bola antarsekolah ini sangat tinggi. Itu sebabnya fasilitas-fasilitas pembinaan sepak bola Thailand banyak terdapat di kampus-kampus, tidak hanya di klub.
Stadion-stadion yang sering digunakan Thailand untuk pertandingan besar, terafiliasi dengan kampus sebagai representasi pemerintah. Rajamangala misalnya dikenal sebagai markas Universitas Chulalongkorn.
Karena kualitasnya yang terjaga dengan baik, Thailand paling banyak menjadi tuan rumah kejuaraan AFF hingga AFC. Kualitas ini pula yang membuat anak-anak Thailand mendapat sistem pelatihan dengan baik.