WahanaNews.co | Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin
Amali, mendesak Presiden Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) diganti, menyusul
keputusan walkover yang merugikan
Indonesia di All England 2021.
Zainudin Amali telah berkoordinasi
dengan Presiden NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari, dan Ketua Umum PBSI, Agung Firman Sampurna, terkait drama pemaksaan mundur di All England.
Baca Juga:
Skandal All England 2021: Marcus Sebut BWF Tak Cukup Minta Maaf!
Menpora menyebut, BWF gagal menggelar
turnamen bergengsi dan tidak melindungi para atlet.
Kontingen Indonesia dipaksa mundur dan
harus menjalani isolasi 10 hari hanya karena berada satu pesawat dengan
penumpang terduga positif Covid-19.
Padahal hasil tes PCR seluruh pemain
dinyatakan negatif. Bahkan tiga wakil Indonesia sempat bermain dan menuai
kemenangan di babak pertama.
Baca Juga:
Skandal All England 2021: Barikade 98 Minta Jokowi Tarik Dubes dari Inggris
"Ini unsur kesengajaan dari BWF
dan saya mendorong NOC dengan segala jaringannya dapat reformasi BWF. Apakah
ganti presidennya, harus diperbaiki. Kita sangat dirugikan," kata Zainudin, dalam konferensi pers, Jumat (19/3/2021).
"Bulutangkis di posisi masuk grand design dalam 14 cabor unggulan.
Kita sangat fokus dan tentu sebagai warga negara kami terluka. Upaya-upaya
dilakukan Kementerian Luar Negeri sangat luar biasa dan ini dimonitor Pak
Presiden untuk kami menyampaikan informasi," terang politisi Golkar itu.
Menpora juga mengkritik kebijakan
berbeda yang dikeluarkan BWF.
Sebelum All England 2021 dimulai,
diumumkan terdapat temuan kasus positif di tim Denmark, Thailand, dan India.
Namun, setelah
sehari berselang, orang-orang yang sempat dinyatakan positif tersebut melakukan
tes ulang dengan hasil negatif dan bisa bertanding di All England.
"BWF sangat
tidak profesional, keliatan betul, mengelola kegiatan tapi asal-asalan. Padahal
mereka tahu situasi sedang pandemi. Yang paling menyakitkan buat kita,
perlakuan yang tidak adil. Ada peserta dari 3 negara, diswab positif, lalu tes
mandiri dalam beberapa jam negatif hasilnya, kelihatan sekali sangat
diskriminasi. Sedangkan kita dikurung," beber Zainudin. [qnt]