WAHANANEWS.CO, Jakarta - Prestasi itu menular. Timnas Indonesia U-17 berpeluang mewariskan pencapaian besar bagi sepak bola nasional di ajang Piala Asia U-17 2025.
Sejak perhelatan Piala Asia U-17 dimulai pada 1985, Indonesia belum pernah meraih kemenangan di fase gugur. Meski sempat menembus semifinal pada edisi 1990, situasi saat itu berbeda dari format yang digunakan sekarang.
Baca Juga:
Kalah Telak, Tapi Berprestasi: Perjalanan Heroik Timnas U-17 di Piala Asia 2025
Saat itu kontestan Piala Asia U-17 1990 hanya delapan tim. Indonesia menjadi runner up Grup B dan melaju ke babak semifinal. Pada fase ini Indonesia takluk dari Uni Emirat Arab.
Setelah itu, 18 tahun berselang, Indonesia lolos dari babak grup Piala Asia U-17 2018. Sayangnya pada fase delapan besar itu Indonesia U-17 takluk dari Australia.
Kini, untuk ketiga kalinya sepanjang sejarah partisipasi di Piala Asia U-17, Indonesia lolos dari babak grup. Potensi membuat pencapaian baru pun terbuka lebar.
Baca Juga:
Bintang Muda dari Depok: Fakta Unik Aldyansyah Taher, Penentu Kemenangan Timnas U-17
Pada Piala Asia U-17 edisi ke-20 ini Garuda Asia, julukan Indonesia U-17, akan melawan Korea Utara. Indonesia lebih difavoritkan menang dalam duel kali ini.
Pasalnya Indonesia lolos ke babak delapan besar dengan status juara Grup C tanpa kekalahan. Adapun Korea Utara merupakan runner up Grup D dengan sekali menang dan dua kali imbang.
Indonesia U-17 akan bentrok dengan Korea Utara U-17 pada babak perempat final Piala Asia U-17 2025 di Stadion King Abdullah Sport City Hall, Jeddah, Arab Saudi pada Senin (14/4) malam.
Mengacu tiga pertandingan babak grup, Korea Utara tak bisa diremehkan. Tim asuhan O Thae Song ini memulangkan dua tim kuat sepak bola Asia, Iran dan Oman.
Bukan hanya itu, Korea Utara U-17 juga tampil spartan. Layaknya tim-tim Asia Timur, mereka memiliki ketahanan fisik yang stabil; berlari dan mengejar bola sepanjang laga.
Bisakah Indonesia mencipta warisan baru di pentas Asia, seperti diciptakan Timnas Indonesia di Piala Asia 2023 (2024) dan Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024?
Timnas Indonesia U-17 belum pernah bentrok dengan Korea Utara U-17 di pentas Piala Asia U-17. Duel pada edisi 2025 ini adalah yang perdana dalam sejarah kedua negara.
Indonesia U-17 yang diasuh Nova Arianto memang lebih diunggulkan, tetapi tetap diragukan. Sebab utamanya, Indonesia tak punya sejarah besar dalam pentas ini.
Sebaliknya Korea Utara sudah dua kali angkat piala, yakni pada edisi 2010 dan 2014. Tim berjulukan Samba of East Asia ini juga pernah dua kali jadi runner up turnamen.
Oleh karena itu kecerdikan Nova akan diuji. Kejalian strategi mantan asisten Shin Tae Yong di Timnas Indonesia ini dites oleh permainan spartan negeri komunis tersebut.
Dalam tiga pertandingan babak Grup C, strategi yang diterapkan Nova berjalan dengan baik. Kombinasi pragmatisme dan progresif tergambar dalam sentuhan Nova.
Saat melawan Korea Selatan, Nova merekonstruksi Putu Panji dan kawan-kawan menerapkan sepak bola catenaccio Italia. Ya, Indonesia U-17 bermain gaya bertahan grendel.
Berikutnya, ketika menghadapi Yaman, bermain lebih berani. Kali ini tak lagi se-pragmatis Gli Azzurri, tetapi lebih terbuka seperti gaya main Inggris yang kick and rush.
Begitu menghadapi Afghanistan dengan status sudah pasti lolos ke fase gugur, rotasi dilakukan Nova. Pola permainan yang dibuat juga makin berani. Sangat ofensif.
Lantas, pendekatan seperti apa yang akan dipakai Nova saat melawan Korea Utara? Putra mantan pelatih Timnas Indonesia B, Sartono Anwar, ini mungkin akan kembali pragmatis.
Sepak bola pragmatis memang cukup identik dengan Nova. Kelolosan Indonesia U-17 dalam Kualifikasi Piala Asia U-17 bisa menjadi tolok ukur ideologi Nova.
Dan, pragmatisme memang sebuah pilihan logis dan realistis untuk sepak bola Indonesia saat ini. Namun, pragmatis saja tentu tidak cukup. Dibutuhkan perjuangan keras.
Perjuangan keras itulah yang diharapkan dibuat anak-anak Timnas Indonesia U-17. Dengan daya juang hebat, warisan besar lolos ke semifinal niscaya tercipta.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]