WahanaNews.co | Asosiasi Tenis Perempuan (WTA) mengumumkan bakal menghentikan seluruh turnamen di China, termasuk Hong Kong, sebagai tanggapan atas kebungkaman Beijing terkait dugaan pelecehan yang dialami bintang tenis Peng Shuai.
Peng menuding mantan pejabat tinggi Partai Komunis memaksanya berhubungan seksual beberapa tahun lalu.
Baca Juga:
Bakal Dimainkan di PON XXI 2024, Yuk Kenali Padel yang Mirip dengan Olahraga Tenis
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu, Ketua dan CEO WTA, Steve Simon menyampaikan keputusan itu berdasarkan tanggapan China "yang tidak dapat diterima" terkait skandal #MeToo, termasuk menyensor berita yang memuat tuduhan Peng dan mengabaikan seruan untuk penyelidikan penuh dan transparan.
"Secara moral, saya tidak mengerti bagaimana saya bisa meminta atlet-atlet kami berkompetisi di sana ketika Peng Shuai tidak diizinkan berkomunikasi dengan bebas dan tampaknya telah ditekan untuk menyangkal tuduhan pelecehan seksualnya," jelas Simon dikutip dari CNN, Kamis (2/12).
"Saya juga sangat khawatir terkait risiko yang bisa dihadapi semua pemain dan staf kami jika kami menyelenggerakan kegiatan di China pada 2022."
Baca Juga:
Indonesia Kembali Raih Medali Emas dari Cabang Tenis di SEA Games 2023
Pada 2 November lalu, Peng menuduh mantan Wakil Perdana Menteri China, Zhang Gaoli memaksanya berhubungan seks di rumahnya tiga tahun lalu. Tuduhan itu diunggah di akun media sosialnya dan hanya beberapa jam langsung dihapus.
Peng kemudian menghilang dari hadapan publik lebih dari dua pekan sejak saat itu dan membuat banyak pihak mengkhawatirkan keselamatannya. Namun kemudian media pemerintah merilis foto dan video yang membuktikan bahwa Peng dalam keadaan baik.
"Sayangnya, pemimpin di China belum menyatakan ini isu yang sangat serius. Walaupun kita sekarang tahu Peng ada di mana, saya sangat ragu dia bebas, aman, dan tidak menjadi subjek penyensoran, pemaksaaan, dan intimidasi," kata Simon.