WahanaNews.co | Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan kajian pemicu banjir rob di pantai utara Jawa Tengah pada pekan ini.
Mereka menemukan angin kencang lebih dari 10 meter per detik yang memicu kenaikan gelombang di Laut Jawa dekat pesisir utara Pulau Jawa.
Baca Juga:
Fase Bulan Baru, BMKG: Waspada Banjir Pasang di Pesisir Kota Medan
“Itu berkontribusi menyebabkan banjir rob di pantura, dari Brebes hingga Semarang,” kata Ketua Tim, Anis Purwaningsih, lewat keterangan tertulis, Rabu 25 Mei 2022.
Menurut tim, banjir rob dapat disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor sekaligus, seperti astronomis, oseanografis, meteorologis, bahkan geologis.
Dari hasil kajian yang dilakukan, Anis dan timnya mendapati adanya seruak badai (storm surge) berupa hujan deras dan angin kencang yang terjadi secara persisten di Laut Jawa 19–22 Mei 2002.
Baca Juga:
Drainase Masih Menjadi 'Pekerjaan Rumah' Pemkot Semarang Atasi Banjir
Diminta penjelasannya pada hari ini, Kamis 26 Mei 2022, anggota tim Erma Yulihastin menyebut seruak badai itu terbentuk karena pola konektivitas atmosfer di wilayah tropis dan ekstratropis. "Ini terjadi adalah kejadian langka atau sangat jarang terjadi,” katanya.
Di wilayah ekstratropis, dia menerangkan, terbentuk dua arus sungai di atmosfer atau atmospheric river (AR). Di utara berhulu di wilayah Jepang, di selatan dari wilayah Australia.
Erma mengatakan, fenomena AR itu biasa terjadi di wilayah ekstratropis yang menghubungkan atmosfer di atas laut dan darat. Berdasarkan penelitian, aliran arusnya di atmosfer dari laut menuju darat dapat membangkitkan kejadian ekstrem berupa hujan deras.
Kedua AR di utara dan selatan itu dihubungkan oleh gelombang atmosfer bernama Boreal Summer Intra-Seasonal Oscillation (BSISO) yang sedang aktif di India dan Teluk Benggala. Juga oleh penghangatan suhu permukaan laut dan atmosfer di selatan Indonesia.
Akibatnya, AR utara terpecah menjadi dua yaitu menuju Teluk Benggala dan Laut Cina Selatan. AR Laut Cina Selatan ini selanjutnya menuju Laut Jawa, dan terhubung dengan AR Australia.
“Interaksi ini memicu badai vorteks yang secara persisten terjadi pada 20-22 Mei,” bunyi temuan Anis, Erma dan yang lainnya.
Dinamika vorteks atau pusaran angin dalam skala luas itu yang menghasilkan seruak badai berupa awan konvektif berpola tapal kuda atau gill pattern.
Pola itu menyebabkan massa udara lembap terkonsentrasi di barat Indonesia termasuk Laut Jawa. Berdasarkan data, pola itu juga menumbuhkan awan dengan cepat antara pukul 07.00-08.00 WIB pada 23 Mei 2022.
“Sehingga menyebabkan intensifikasi angin kencang di Laut Jawa,” ujar Anis.
Kontribusi angin kencang yang menyebabkan banjir rob di pantura itu mencakup wilayah Jawa Tengah. Data intensitas tertinggi hujan di lautan diketahui berada pada lokasi di sekitar lautan sebelah utara Pekalongan.
“Itu menunjukkan bahwa pusat badai vorteks yang terjadi di laut Jawa berada di utara Jawa Tengah,” kata Erma menambahkan.
Menurut dia, periode badai di Laut Jawa belum berakhir dan ada kemungkinan membuat banjir rob di pantura wilayah selain Jawa Tengah. “Perlu waspada hingga awal Juni.” [rin]