WahanaNews.co, Jakarta – Secara harafiah, thermonuclear merupakan istilah senjata perang. Istilah sehari-harinya adalah 'bom hidrogen', yakni senjata yang memanfaatkan energi dari reaksi fisi nuklir utama.
Elon Musk mencak-mencak ke beberapa firma periklanan dan grup pengawasan media bernama 'Media Matters', pada Jumat (17/11/2023) pekan lalu. Ia bahkan mengancam akan melayangkan gugatan nuklir yang ia sebut 'thermonuclear'.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Ancaman Musk dipicu oleh gerakan beberapa brand yang menyetop pengeluaran iklan mereka di X. Pasalnya, Musk dinilai kerap melontarkan komentar-komentar bernada anti-Yahudi melalui akun X personalnya.
Tak hanya itu, X dianggap memberikan panggung bagi para netizen yang banyak berkoar-koar soal anti-Yahudi.
Beberapa brand yang dimaksud adalah Apple, Comcast, Disney, IBM, Lions Gate, Paramount Global, dan Warner Bros. discovery. Mereka memutuskan menyetop atau menangguhkan sementara pengeluaran iklan di media sosial yang dulunya bernama Twitter.
Baca Juga:
Agar Elon Musk Buka Kantor X di RI, Kominfo Atur Strategi
Musk merupakan pemilik X sekaligus menjabat Chief Technology Officer (CTO). Hilangnya pemasukan dari iklan tentu akan berdampak besar bagi bisnis layanannya.
"X akan melayangkan gugatan hukum 'thermonuclear' melawan Media Matters dan semuah pihak yang melancarkan serangan ke perusahaan kami," kata Musk, dikutip dari CNBC International, seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (20/11/2023).
"Direksi mereka, donatur mereka, dan jaringan uang gelap mereka, semuanya," Musk menambahkan.
Pekan lalu, Media Matters mempublikasikan laporan yang menunjukkan banyak iklan dari brand terkenal yang dipasang berdampingan dengan postingan anti-Yahudi oleh para pengguna X. Laporan itu dikeluarkan pasca Musk merilis tweet yang dinilai oleh Gedung Putih sebagai "dukungan anti-Yahudi dan ujaran kebencian".
Sebagai respons, para brand terkenal menyetop sementara pengeluaran iklan mereka di X. Juru bicara X, Joe Benarroch, buka suara soal polemik ini dan menilai Media Matters salah kaprah.
"Media Matters sepenuhnya salah mengartikan dinamika pengguna di media sosial," kata dia.
"Media Matters membuat akun X khusus yang sengaja mengikuti akun-akun sensitif untuk mengkurasi post, sehingga iklan muncul pada akun-akun dengan opini sensitif. Lalu, Media Matters melaporkan misinformasi ini ke para pengiklan," ia menjelaskan.
Beberapa saat lalu, Gedung Putih juga mengeluarkan pesan pedas ke Musk. Gedung Putih menyebut promosi anti-Yahudi yang kerap dilakukan Musk melalui media sosial telah melawan nilai inti sebagai warga Amerika Serikat (AS).
[Redaktur: Alpredo Gultom]