WahanaNews.co, Jakarta - Profesor Metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB) Zulfiadi Zulhan berhasil mengakselerasi waktu pengolahan bijih besi limonit (gutit) menjadi logam hanya dalam waktu 2 menit.
Melansir dari CNN Indonesia, Kamis (7/11/2024), dalam Orasi Ilmiah Guru Besar ITB pada Sabtu (12/10), Zulfiadi menunjukkan bagaimana ia mengubah 'tanah' tersebut menjadi logam dengan menggunakan reaktor plasma hidrogen yang memanfaatkan hidrogen sebagai reduktornya.
Baca Juga:
Nadim Makarim Cabut Gelar Profesor Terhadap Taruna Ikrar
Zulfiadi mengawali orasinya dengan menjelaskan metalurgi di antara bidang keilmuan lain, di mana bidangnya tersebut berada di tengah antara proses pengambilan materi di alam dan pengolahan produk di pabrik.
"Tugas kami [metalurgi] di pabrik mengubah dari tanah menjadi logam. Bukan ilmu sulap, tentu saja ada proses, ada ilmu pengetahuan di situ," ujar Zulfiadi dalam orasinya yang juga disiarkan di kanal YouTube ITB, dikutip Kamis (6/11).
Gutit yang menjadi materi uji coba Zulfiadi disebut 'tanah' karena merupakan komponen terbesar dalam tanah laterit, atau tanah merah yang tidak subur karena unsur haranya larut terbawa air hujan yang tinggi.
Baca Juga:
Kompeten di Bidang Ilmu Pemerintahan, Rektor IPDN Resmi Dikukuhkan Sebagai Profesor
Zulfiadi menunjukkan percobaan awal gutit bisa berubah menjadi logam sebagian dalam waktu 1 menit, dan berhasil tereduksi sepenuhnya dalam waktu 2 menit.
"Ini percobaan awal yang kami lakukan, sedang dipublikasi. 60 detik waktunya, kita bisa mengubah dari tanah menjadi logam sebagian dalam waktu 60 detik," jelasnya.
"Kami tingkatkan waktunya 2 menit, itu dari tanah langsung menjadi logam, 2 menit. Ini seperti sulap tapi bukan sulap," imbuhnya.
Zulfiadi mengatakan uji coba yang dilakukannya tersebut menunjukkan hasil pengolahan yang cukup cepat dengan power terhadap berat yang relatif kecil.
Sebagai perbandingan, kata Zulfiadi, proses produksi tingkat pabrik saat ini membutuhkan waktu lebih dari 6 jam untuk menghasilkan logam.
Ia kemudian melanjutkan percobaan menggunakan bijih nikel saprolit untuk menghasilkan feronikel. Dalam waktu 1,5 menit, dihasilkan feronikel dengan kandungan >20 persen dan angka recovery mendekati 100 persen.
Percobaan terbaru adalah mencoba mencampurkan bijih nikel dan kromit untuk menghasilkan baja tahan karat.
Dalam skala pabrik, proses produksi baja tahan karat membutuhkan waktu sangat panjang dan menggunakan berbagai alat.
Zulfiadi mencoba mencampur 30 persen - 35 persen bijih kromit dengan bijih nikel menggunakan 1 alat dan berhasil menghasilkan baja tahan karat/stainless steel. Ia berharap percobaan ini dapat dikembangkan ke skala pabrik.
Sebagai penutup, Zulfiadi memproyeksikan cita-cita pengolahan logam di masa depan agar ada mesin yang memanfaatkan artificial intelligence. Mesin tersebut dapat menghasilkan berbagai jenis logam sesuai bahan yang dimasukkan oleh penggunanya.
"Reaktor plasma hidrogen menggunakan green hydrogen dan sumber listrik EBT merupakan alternatif produksi logam yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Mari kita realisasikan pengolahan logam yang greener, cleaner, faster, smarter bersama," katanya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]