WahanaNews.co, Jakarta - Erebus, salah satu gunung berapi aktif di Antartika, tersembunyi kekayaan emas bernilai jutaan rupiah dalam debunya yang dipuntahkan setiap harinya.
Melansir dari pemberitaan Metro.co.uk, yang mngutip IFL Science, tinggi gunung berapi ini hingga puncak 3.794 meter di atas permukaan laut (MDPL). Erebus merupakan satu dari delapan atau sembilan gunung aktif lainnya yang terletak di Antartika.
Baca Juga:
Enam Gunung Api Berstatus Siaga dan Awas, Badan Geologi Peringatkan Bahaya Erupsi
Gunung tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang penjelajah Antartika bernama James Clark Ross pada 1841. Kala itu dirinya menamakan gunung itu sama seperti kapal yang ditumpanginya, HMS Erebus, nama dewa Yunani kuno.
Gunung berapi ini memiliki satu dari lima danau lava paling tua di Bumi, dengan gumpalan gas dan uap yang naik dari kedalamannya. Dari danau lava itu, gunung Erebus juga memuntahkan debu emas seberat puluhan gram setiap hari.
Diperkirakan dalam sehari, gunung ini memuntahkan sekitar 80 gram emas per hari. Debu-debu emas ini berukuran tidak lebih dari 60 mikrometer.
Baca Juga:
Lewotobi Laki-Laki di NTT Meletus Lagi, BPBD Minta Warga Hindari Radius 3 Kilometer
Itu merupakan ukuran debu emas terbesar yang pernah ditemukan di gunung itu sejak pertama kali para peneliti menyadari adanya kondisi ini pada awal tahun 1990-an.
Meski begitu seorang Ahli vulkanologi dari Universitas Oxford, Tamsin Mather, menekankan bahwa emas yang keluar adalah spesifikasi kecil. Artinya debu emas yang ditemukan hanya senyawa kimia, bukan bongkahan emas.
Di luar itu, ia juga menjelaskan bahwa Gunung Erebus turut mengeluarkan kristal atau partikel kecil logam lainnya seperti tembaga. Masih belum cukup, gunung ini juga menghasilkan gas alam yang sangat berlimpah.
Sayang, menurut Tamsin kondisi ini belum bisa dimanfaatkan dengan teknologi dan peralatan yang ada saat ini. Artinya baik emas, tembaga, dan gas alam yang ada belum bisa dimanfaatkan.
"Meskipun magmanya tidak biasa, Erebus hanyalah salah satu dari banyak gunung berapi yang mengeluarkan emas," katanya.
"Sangat sulit untuk memanfaatkannya, Anda tidak bisa meletakkan payung (untuk mengumpulkan debu dan gas) di atas gunung berapi yang besar," tambahnya lagi.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]