WahanaNews.co | Mantan petinggi WhatsApp (WA), Neeraj Arora, mengaku menyesal menjual layanan pesan singkat itu kepada bos Facebook (FB), Mark Zuckeberg, lewat akusisi.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Neeraj melalui cuitan di akun Twitter pribadinya.
Baca Juga:
Simak Cara Kembalikan Chat WA yang Tak Sengaja Terhapus
"Saya adalah Kepala Eksekutif Bisnis di WhatsApp pada 2014. Saya membantu negosiasi sebesar 22 miliar dolar AS untuk akuisisi dengan Facebook, saat ini saya menyesalkannya," kata Neeraj, dikutip dari Financial Express, Jumat (6/5/2022).
Dia menjelaskan, upaya akuisisi perusahaan milik Mark Zuckerberg ke WhatsApp tidak hanya berlangsung sekali, tetapi berkali- kali.
Pertama, kata dia, berlangsung sekitar periode 2012-2013, tetapi kala itu WhatsApp masih ingin berupaya mengembangkan platform mereka dan menolak tawaran dari Facebook.
Baca Juga:
Simak Cara Mencegah Dimasukkan ke Grup WhatsApp Sembarangan
Setahun kemudian, perusahaan yang kini dikenal dengan nama Meta itu kembali menawarkan kesepakatan yang awalnya terlihat seperti kemitraan biasa.
Menurut dia, ada beberapa hal yang dijanjikan dalam kemitraan itu.
Di antaranya dukungan penuh untuk teknologi "End-to-End Encryptions" serta memberi kebebasan pada WhatsApp untuk tetap bisa mengambil keputusan perusahaan secara mandiri.
Adapun WhatsApp pada saat dibuat memiliki tujuan agar privasi pengguna terjaga sepenuhnya tanpa adanya pelacakan data, tanpa adanya monetisasi, dan tanpa adanya iklan.
Pada awal kemitraan nampak semua berjalan mulus dan membawa WhatsApp ke masa kejayaannya ketika semua orang menggunakan percakapan secara mudah dan instan.
“Tetapi pada 2017 dan 2018, segalanya mulai terlihat sangat berbeda,” kata Arora.
Meskipun begitu, bukan rahasia lagi bahwa dua pendiri WhatsApp, Jan Koum dan Brian Acton, meninggalkan Meta karena ketidaksepakatan dengan Mark Zuckerberg tentang rencana yang akan melibatkan memonetisasi WhatsApp dengan iklan.
WhatsApp masih tidak menampilkan iklan apapun, tetapi Meta mulai mendorong untuk mendapatkan lebih banyak bisnis yang menjual barang dan jasa dan berinteraksi dengan pelanggan di aplikasi.
Memasuki 2018, menurut Arora, menjadi puncak kekacauan yang terjadi akibat akuisisi Facebook.
Pada tahun itu, Facebook terseret dalam kasus Cambrige Analytica dan membuat skandal pelanggaran data dan privasi pengguna terbesar di dunia.
"Pada awalnya tidak ada yang tahu bahwa Facebook akan menjadi monster Frankenstein yang melahap data pengguna dan menghasilkan uang kotor," ujar Arora.
Penyesalan itu akhirnya dijadikan pembelajaran berharga oleh Arora.
Setelah keluar dari WhatsApp, Arora menggandeng Eks Direktur Teknik WhatsApp, Michael Donohue, untuk membuat aplikasi kompetitor bernama HalloApp.
Aplikasi yang sudah tersedia di Android dan iOS itu dijanjikan memiliki visi awal seperti WhatsApp tanpa adanya pelacakan data yang berpotensi pada pelanggaran privasi. [gun]