WahanaNews.co | Pakar baru-baru ini menemukan surga tersembunyi di kedalaman laut Maladewa yang disebut belum pernah terdeskripsikan sebelumnya.
Para peneliti menyebut surga bawah laut yang berada di kedalaman 500 meter ini dengan nama 'The Trapping Zone.'
Di wilayah tersebut terdapat ikan-ikan besar berkumpul untuk pesta nekton berukuran mikroskopis.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Mikronekton mirip dengan zooplankton, tetapi dengan ukuran sedikit lebih besar. Mikronekton sendiri berukuran antara 2 dan 20 sentimeter.
Organisme kecil ini secara aktif berenang di antara permukaan laut dan perairan sedalam satu kilometer, menciptakan gelombang migrasi vertikal setiap siang dan malam saat ikan yang lebih besar mengikuti mereka untuk mencari makan.
Misi Nekton Maldives adalah studi pertama yang secara sistematis memetakan perairan dalam Maladewa.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Misi tersebut merupakan usaha antara lembaga penelitian nirlaba bernama Nekton Foundation, Pemerintah Maladewa, dan para peneliti di Universitas Oxford.
Dilansir dari situs Nekton Mission, studi tersebut berlangsung dari 4 September hingga 7 Oktober lalu. Hasil lengkap dari penelitian ini nantinya akan dipaparkan pada awal 2023 mendatang.
Dari penelitian tersebut, tim internasional telah menemukan ekosistem baru di sekitar gunung laut dalam 'Satho Rahaa' berdasarkan pergerakan mikronekton.
"Ini akan memungkinkan kita untuk memahami laut dalam dalam dengan lebih baik," imbuhnya.
Penemuan ini membuat para peneliti menyimpulkan jika ekosistem seperti ini ada di Maladewa, maka kemungkinan akan ekosistem yang sama di pulau-pulau samudera lain yang memiliki struktur bawah laut yang serupa.
Sinar laut Maladewa pada malam hari.
Lebih lanjut, 'The Trapping Zone' atau zona perangkap yang ditemukan ini disebut dapat membuat para ilmuwan mengenal mikronekton yang sebelumnya diabaikan dengan cara yang sama sekali baru.
"Ini memiliki semua ciri ekosistem baru yang berbeda," kata Alex Rogers, ahli biologi kelautan dari Universitas Oxford.
"Zona Perangkap menciptakan oasis kehidupan di Maldives dan sangat mungkin ada di pulau-pulau samudera lainnya dan juga di lereng benua," imbuhnya.
Saat Matahari terbit setiap hari, organisme kecil ini mulai berenang ke bawah dari permukaan.
Namun saat mikronekton mencoba berenang ke bawah dari permukaan, peneliti menemukan bahwa pegunungan vulkanik dan fosil terumbu karbonat yang terbentuk 60 juta tahun lalu menghentikan mikronekton untuk menyelam lebih dalam dari sekitar 500 meter.
Terperangkap oleh topografi, hewan mikroskopis ini malah menjadi sasaran predator yang lebih besar, mulai dari tuna, hiu, hingga ikan laut dalam lain yang berada di zona tersebut.
Dalam kapal selam bernama Omega Seamaster II, aquanauts menyaksikan ekosistem pertarungan predator dan mangsa di kedalaman laut.
Tim tidak hanya menghitung jumlah ikan yang banyak, mereka juga melihat keragaman yang luar biasa di wilayah tersebut.
Kapal selam mereka bahkan dapat menemukan beragam hiu, mulai dari hiu macan, hiu insang, hiu gulper, hiu martil bergigi, hiu sutra, hiu macan pasir, dan bahkan hiu semak duri yang relatif langka.
"Mengapa ini terjadi? Apakah ini sesuatu yang spesifik pada 500 meter, apakah kehidupan ini semakin dalam, transisi apa ini, apa yang ada di sana, dan mengapa?" tanya Lucy Woodall ilmuwan kelautan dari Universitas Oxford, seperti dikutip dari Science Alert.
"Ini akan memungkinkan kita untuk memahami laut dalam dalam dengan lebih baik," imbuhnya.
Penemuan ini membuat para peneliti menyimpulkan jika ekosistem seperti ini ada di Maldives, maka kemungkinan akan ekosistem yang sama di pulau-pulau samudera lain yang memiliki struktur bawah laut yang serupa.
Lebih lanjut, 'The Trapping Zone' atau zona perangkap yang ditemukan ini disebut dapat membuat para ilmuwan mengenal mikronekton yang sebelumnya diabaikan dengan cara yang sama sekali baru.
"Ini memiliki semua ciri ekosistem baru yang berbeda," kata Alex Rogers, ahli biologi kelautan dari Universitas Oxford.
"Zona Perangkap menciptakan oasis kehidupan di Maldives dan sangat mungkin ada di pulau-pulau samudera lainnya dan juga di lereng benua," imbuhnya.[zbr]