Temuan ini dipublikasikan melalui jurnal ilmiah The Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), dan mengungkapkan bahwa sebagian besar plastik dalam air kemasan berasal dari botol tersebut sendiri dan dari filter membran reverse osmosis yang digunakan untuk mencegah kontaminan lainnya.
Tapi, para peneliti masih belum bisa menjawab pertanyaan besarnya, yakni, berbahayakah potongan nanoplastik itu bagi kesehatan?
Baca Juga:
Peduli Lingkungan, PLN Sediakan Mesin Penampung Botol Plastik dan Baju Bekas
"Saat ini sedang dikaji. Kami tidak tahu apakah itu berbahaya atau seberapa berbahayanya," kata salah satu tim peneliti, Phoebe Stapleton, ahli toksikologi di Rutgers, dilansir The Associated Press, Minggu (14/1/2024).
Asosiasi Air Minum Dalam Kemasan Internasional berpendapat saat ini terdapat kurangnya metode (pengukuran) standar dan tidak ada konsensus ilmiah mengenai potensi dampak kesehatan dari partikel nano dan mikroplastik.
"Oleh karena itu, pemberitaan media tentang partikel-partikel ini dalam air minum hanya menakut-nakuti konsumen," tulis The International Bottled Water Association itu dalam sebuah keterangan.
Baca Juga:
Peduli Lingkungan, PLN Sediakan Mesin Penampung Botol Plastik dan Baju Bekas
Meskipun demikian, keempat tim peneliti yang diwawancarai oleh The Associate Press menyatakan bahwa mereka telah mengurangi penggunaan air kemasan setelah melakukan penelitian.
Wei Min, seorang ahli studi kimia fisik di Columbia yang memimpin teknologi mikroskop laser ganda, menyatakan bahwa dirinya telah memangkas penggunaan air kemasan hingga setengah dari jumlah konsumsi biasanya.
Sementara itu, Stapleton, seorang peneliti lain dalam tim, mengungkapkan bahwa ia lebih memilih mengandalkan air yang disaring di rumahnya di New Jersey.