WahanaNews.co | Tak semua awan merupakan awan petir. Hanya awan cumulonimbus yang menghasilkan petir. Petir terjadi karena pelepasan muatan listrik dari satu awan cumulonimbus ke awan lainnya, atau dari awan langsung ke bumi.
Kilat petir terjadi dalam bentuk setidaknya dua sambaran. Pada sambaran pertama muatan negatif (-) mengalir dari awan ke permukaan tanah.
Baca Juga:
Hadir Pada General Annual Meeting di Dakar Senegal Tahun 2014, Awal Bergabungnya ALPERKLINAS Ke FISUEL International
Ketika sambaran pertama ini mencapai permukaan tanah, sebuah muatan berlawanan terbentuk pada titik yang akan disambarnya dan arus kilat kedua yang bermuatan positif terbentuk dari dalam jalur kilat utama tersebut langsung menuju awan.
Dua kilat tersebut biasanya beradu sekitar 50 meter di atas permukaan tanah. Arus pendek terbentuk di titik pertemuan antara awan dan permukaan tanah tersebut, dan hasilnya sebuah arus listrik yang sangat kuat dan terang mengalir dari dalam jalur kilat utama itu menuju awan.
Perbedaan tegangan pada aliran listrik antara awan dan permukaan tanah ini memiliki litrik dengan jutaan volt. Satu sambaran petir memiliki energi sebesar kira-kira 20000 Ampere.
Baca Juga:
Dukung Sektor Pariwisata, PLN Distribusi Jakarta Listriki Hotel Travello
Energi petir ini dapat digunakan untuk menyalakan bola lampu 100 watt dalam waktu tiga bulan lebih. Dalam sekali sambaran saja energi listrik petir dapat digunakan untuk menerangi ratusan rumah sekaligus.
Energi listrik petir yang sangat besar ini berpotensi dikembangkan sebagai pembangkit listrik alternatif. Energi petir ini menyusul beberapa energi yang sebelumnya sudah ada seperti geothermal, tenaga surya, microhydro maupun tenaga angin.
Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung, Kukuh Ribudiyanto, sejauh ini belum ada yang memanfaatkan energi listrik yang dihasilkan oleh petir.