WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) memiliki visi besar untuk membangun Jalan Tol Bawah Laut atau immersed tunnel (IMT) pertama di Indonesia.
IMT ini akan dibangun di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan menjadi bagian dari jaringan Jalan Tol IKN Seksi 4A dan 4B.
Baca Juga:
Terima Kunjungan Duta Besar Finlandia, Wamen Diana Bahas Potensi Kerja Sama Infrastruktur Berkelanjutan
Menurut Rachman Arief Dienaputra, Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, IMT IKN akan menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dengan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Terletak di bawah Sungai Sepaku, IMT IKN memiliki panjang rencana 1,82 kilometer," kata Rachman Arief, melansir Kompas, Minggu (6/10/2024).
Struktur IMT terdiri dari bagian immerse sepanjang 1,08 kilometer dan bangunan pendekat sepanjang 0,74 kilometer, yang mencakup potongan cut and cover sepanjang 0,34 kilometer dan tipe U sepanjang 0,4 kilometer.
Baca Juga:
Menteri Dody Tekankan Kolaborasi untuk Gapai Quick Wins Pembangunan Infrastruktur
Desain IMT dirancang dengan single box yang memiliki lebar penampang 40,8 meter, terbagi menjadi dua chamber.
Masing-masing chamber berfungsi sebagai jalur lalu lintas dengan tiga lajur untuk dua arah, masing-masing selebar 16,25 meter.
Kedua jalur dipisahkan oleh escape/service gallery, dengan kecepatan desain mencapai 100 kilometer per jam.
Menurut Rachman Arief, konstruksi IMT dilakukan dengan menenggelamkan segmen-segmen tunnel precast ke dasar sungai, lalu distabilkan dengan lockingfill dan backfill.
"IMT IKN dilindungi dengan rock protection cover. Teknologi ini serupa dengan yang digunakan di Korea Selatan dan Turki," tambah Rachman Arief.
IMT IKN memiliki beberapa keistimewaan. Pertama, IMT ini dirancang untuk mendukung konektivitas di IKN serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan sosial di kawasan tersebut.
Keistimewaan kedua, IMT ini dirancang untuk meminimalisir dampak terhadap lingkungan, menjaga jalur pelayaran, dan mengurangi sedimentasi, sekaligus memanfaatkan teknologi konstruksi terbaru.
IMT ini juga menjadi penerapan pertama teknologi IMT di Indonesia, dengan harapan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan.
Rachman Arief juga menjelaskan bahwa pembangunan IMT melibatkan kolaborasi dengan tenaga ahli internasional, dengan tujuan mentransfer pengetahuan kepada insinyur Indonesia.
"Diharapkan langkah ini membawa dampak positif bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama karena geografisnya yang penuh sungai dan kepulauan," ungkapnya.
Menurut Rachman Arief, pembangunan IMT IKN diusulkan dibiayai melalui pinjaman luar negeri dengan total biaya sekitar Rp 11,3 triliun.
Proyek ini telah tercantum dalam Bluebook 2020-2024, dan diusulkan masuk dalam Greenbook 2024.
Dengan estimasi proses persiapan pinjaman luar negeri dan lelang selama 1-2 tahun, pembangunan konstruksi diperkirakan dimulai pada 2026-2027.
Jika IMT ini selesai dibangun, pengelolaannya akan melalui skema KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha), setelah seluruh jaringan Jalan Tol IKN tersambung.
Sebagai catatan, total panjang jaringan tol di IKN mencapai 88,54 kilometer, dan saat ini sudah terbangun 67,65 kilometer.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]