WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah bersiap menghadapi potensi cuaca ekstrem yang diprediksi melanda Jabodetabek pada pertengahan Maret 2025.
Untuk mengantisipasi dampak banjir besar, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) akan diterapkan guna mengurangi curah hujan di wilayah terdampak.
Baca Juga:
Banjir Rob Parah di Labuhanbatu Utara: Ribuan Rumah dan Lahan Terendam
TMC adalah metode rekayasa atmosfer yang bertujuan mengendalikan curah hujan pada area tertentu.
Teknik ini umumnya digunakan untuk mencegah banjir, mengisi waduk, memadamkan kebakaran hutan, dan membasahi lahan gambut guna mencegah kebakaran.
Prosesnya dilakukan dengan menyemai awan menggunakan bahan kimia seperti natrium klorida (NaCl) atau partikel lain yang dapat mempercepat kondensasi awan.
Baca Juga:
BMKG Ingatkan Ada 13 Zona Megatrust dan 295 Sesar Aktif di Indonesia
Penyemaian dilakukan melalui pesawat atau wahana darat seperti Ground Based Generator (GBG) dan pohon Flare.
Modifikasi cuaca bukanlah teknologi baru. Praktik ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1946 oleh ilmuwan Amerika Serikat, Vincent Schaefer, yang berhasil menciptakan hujan buatan dengan menaburkan partikel es kering ke dalam awan.
Sejak saat itu, berbagai negara telah mengembangkan dan menerapkan teknologi ini untuk berbagai keperluan.